POHON DI KUBURAN MERINGANKAN SIKSA?[1]
Oleh Syaikh Raid Shabri bin Abu Alfah
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا
يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ
الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ
جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ
وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ
لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam melewati dua buah kuburan. Lalu Beliau
bersabda,”Sungguh keduanya sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena
perkara besar (dalam pandangan keduanya). Salah satu dari dua orang ini,
(semasa hidupnya) tidak menjaga diri dari kencing. Sedangkan yang
satunya lagi, dia keliling menebar namiimah.” Kemudian Beliau mengambil
pelepah basah. Beliau belah menjadi dua, lalu Beliau tancapkan di atas
masing-masing kubur satu potong. Para sahabat bertanya,”Wahai,
Rasulullah. Mengapa Rasul melakukan ini?” Beliau menjawab,”Semoga mereka
diringankan siksaannya, selama keduanya belum kering.”
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini dikeluarkan oleh:
- Imam Bukhari dalam Al Jami’ Ash Shahih (1/317-Fathul Bari), no. 216, 218, 1361, 1378, 6052 dan 6055.
- Imam Muslim dalam Ash Shahih, 3/200-Syarah Imam Nawawi, no. 292.
- Imam Tirmidzi dalam Al Jami’, 1/102, no. 70. Dan beliau mengatakan,”Hadits hasan shahih.”
- Imam Abu Dawud dalam As Sunan, 1/5. no. 20.
- Imam Nasa’i dalam Al Mujtaba, 1/28.
- Imam Ibnu Majah dalam As Sunan, 1/125, no. 237.
PEHAMAMAN YANG BENAR TERHADAP HADITS
• Sabda beliau, إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ (Sesungguhnya mereka berdua
sedang disiksa.). Kata ganti (mereka berdua, Pent) adalah kata ganti
untuk kubur, (namun) yang dimaksudkan adalah penghuni kubur.
• Sabda Beliau, وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ (Mereka berdua disiksa
bukan karena perkara besar -dalam pandangan keduanya). Dalam riwayat
lain Imam Bukhari, berkata:
يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ وَإِنَّهُ لكَبِيْرٌ
Mereka berdua disiksa karena perkara besar (dalam pandangan keduanya), namun sesungguhnya itu adalah perkara besar.
Dalam Shahih Bukhari, juga dalam Kitab Wudhu terdapat lafazh,
وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ بَلْ إِنَّهُ كَبِيْرٌ
Mereka berdua tidak disiksa karena perkara besar (dalam pandangan keduanya), bahkan sungguh itu adalah perkara besar.
Dengan dua tambahan lafazh yang shahih ini, dapat ditetapkan bahwa
penyebabnya adalah dosa besar. Maka sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam “Mereka berdua disiksa bukan karena perkara besar.” harus
ditafsirkan kembali.
Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarah Shahih Muslim, 3/201 mengatakan:
Para ulama telah menyebutkan dua tafsiran dalam hadits ini. Pertama. Itu
bukanlah perkara dalam pandangan mereka berdua. Kedua. Meninggalkan
kedua perkara ini bukanlah sesuatu yang besar (susah).
Al Qadhi Iyadh menyampaikan tafsir ketiga, yaitu tidak termasuk dosa besar.
Saya (Syaikh Raid) katakan: Berdasarkan tafsir ketiga ini, maksud hadits
ini adalah larangan, dan memberikan peringatan yang keras kepada orang
lain, selain kedua penghuni kubur ini, agar tidak mengira bahwa adzab
Allah itu hanya diakibatkan karena dosa besar yang membinasakan; karena
adzab itu (kadang) disebabkan oleh selainnya. Wallahu a’lam.
Kedua perbuatan ini (yaitu tidak menjaga diri dari air kencing dan
namimah, Pent) menjadi dosa besar dikarenakan perbuatan tidak bersih
dari kencing, yang mengakibatkan batalnya shalat. Sehingga tidak
diragukan lagi, tidak membersihkan diri dari kencing merupakan perbuatan
dosa besar. Demikian juga menebar namimah (adu domba) dan berusaha
berbuat kerusakan, termasuk perbuatan yang paling buruk, apalagi jika
bersesuaian dengan sabda Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam yang
menggunakan kata yamsyi (fi’il mudhari’), yang biasanya menunjukkan
keadaan secara terus-menerus (artinya, berkelanjutan selama hidupnya,
Pent).
• Sabda Beliau لَا يَسْتَتِرُ . Al Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari
mengatakan,”Beginilah dalam banyak riwayat, yaitu dengan dua huruf yang
bertitik dua di atas (dua huruf ta’, Pent.). Huruf pertama difathahkan,
dan huruf kedua dikasrahkan. Dalam riwayat Ibnu Asakir [2]
يَسْتَبْرِئُ (membesihkan diri, Pent) dengan huruf ba’ disukunkan,
berasal dari kata اسْتِبْرَاءُ
Dalam hadist riwayat Imam Muslim dan Abu Dawud dari hadits Al A’masy
يَسْتَنْزِهُ dengan huruf nun yang disukunkan. Setelah itu, huruf zai
lalu huruf ha. Makna kata لَا يَسْتَتِرُ yaitu tidak membuat antara
dia dengan kencingnya sesuatu yang bisa melindunginya dari percikan
kencing. Dengan demikian, maka maknanya sejalan dengan riwayat
يَسْتَنْزِهُ .
Al Hafizh Ibnu Hajar t dalam Fathul Bari, 1/318 mengatakan,”Dalam
riwayat Abu Nu’aim berbunyi لاَيَتَوَقَّى (tidak menjaga diri, Pent).
Kata ini merupakan penjelasan dari maksud (kata-kata di atas, Pent).
Sebagian para ulama memberlakukan kata لَا يَسْتَتِرُ sesuai
zhahirnya. Mereka mengatakan, bahwa arti kata itu ialah tidak menutup
auratnya.
• Sabda Beliau يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ yaitu mengutip dan menceritakan
perkataan seseorang dengan tujuan mencelakakan. Jika tujuannya untuk
mewujudkan kemaslahatan atau menghindari kerusakan secara syar’i, maka
hal itu dibenarkan. Imam Nawawi t dalam Syarh Muslim, 3/201
mengatakan,”(Yang disebut namiimah), yaitu menceritakan perkataan
seseorang kepada orang lain, dengan tujuan merusaknya (adu domba).”
• Sedangkan perbuatan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menaruh dua
potong pelepah basah di atas dua kubur, menurut pandangan para ulama,
perbuatan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam itu dipahami, bahwa
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam memintakan syafa’at untuk penghuni
kubur itu, lalu permintaan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
dikabulkan dengan diberikan keringanan adzab kepada kedua penghuni kubur
itu, sampai kedua potong pelepah itu kering. Imam Muslim rahimahullah
menyebutkan di akhir kitab Shahih-nya, sebuah hadits yang panjang; yaitu
hadits Jabir tentang dua penghuni kubur. (Beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam besabda):
فأ حببت بشفاعتى أن يرد عنهما ما دام الغصنان رطبين
… maka syafa’atku untuk meringankan adzab dari kedua penghuni kubur itu dikabulkan selama dua batang kayu ini masih basah.
Dalam hadits tersebut tidak ada isyarat yang menunjukkan bolehnya
menanam pelepah kurma atau yang lainnya di atas kuburan. Itu merupakan
(kekhususan) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena Allah Azza
wa Jalla ingin memperlihatkan kepada Beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam keadaan dua penghuni kubur tersebut dan adzab yang mereka alami.
Ini merupakan kekhususan, diantara kekhususan-kekhususan Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana penjelasan yang akan datang.
Insya Allah .
PEMAHAMAN KELIRU TENTANG HADITS INI
Ada yang memahami hadits di atas dengan pemahaman keliru. Sebagian
mereka berdalil (berargumentasi) dengan hadits ini, tentang bolehnya
menanam kurma dan pepohonan di atas kuburan. Mereka mengatakan, bahwa
illah (penyebab) diringankan adzab kedua penghuni kubur ini ialah
karenak dua pelepah yang masih basah ini senantiasa bertasbih kepada
Allah. Adapun yang kering tidak bertasbih. Pendapat seperti ini
menyelisihi firman Allah Azza wa Jalla.
وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلاَّيُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِن لاَّتَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ
Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memujiNya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. [Al Isra’:44].
Seandainya, penyebab diringankan adzab adalah tasbih, tentu tidak ada
seorangpun yang mendapatkan siksa di dalam kuburnya, karena debu dan
bebatuan yang berada di atas mayit juga bertasbih kepada Allah Azza wa
Jalla.
Syaikh kami, Al Albani rahimaullahj menyatakan dalam Ahkamul Janaiz.
(hlm. 201) : Kalau, seandainya kondisi basah pelepah itu yang dimaksud,
pasti para salafush shalih telah memahaminya dan mengamalkan
penunjukkannya, serta telah meletakkan pelepah atau batang pohon di atas
kubur saat mereka berziarah. Seandainya mereka melakukan hal tersebut,
tentu beritanya akan mashur, kemudian dinukil para perawi terpercaya
kepada kita; karena termasuk perkara yang menarik perhatian dan mesti
dinukil. Jika tidak dinukil, maka menunjukkan bahwa hal itu tidak pernah
terjadi. Cara seperti ini dalam mendekatkan diri kepada Allah adalah
bid’ah.”
Adapun hadits Buraidah Al Aslami Radhiyallahu 'anhu yang berisi, bahwa
beliau berwasiat agar ditaruhkan dua pelepah di atas kuburnya, maka hal
ini merupakan hasil Ijtihad beliau Radhiyallahu 'anhu semata. Ijtihad
itu, kadang benar dan kadang salah. Dan kebenaran bersama orang yang
meninggalkan perbuatan itu.
Syaikh Ibnu Baaz rahimahullah dalam komentar beliau atas kitab Fathul
Bari (3/223) menyatakan: Pendapat yang mengatakan, bahwa hal itu
merupakan kekhususan Nabi merupakan pendapat yang benar. Karena
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah menanamkan
pelepah, kecuali di atas kuburan yang Beliau ketahui penghuninya sedang
disiksa. Dan (Beliau) tidak melakukan hal itu kepada semua kuburan.
Seandainya perbuatan itu Sunnah, tentu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam akan melakukannya kepada semua kuburan. Juga dikarenakan para
Khulafa’ur Rasyidin dan tokoh besar sahabat tidak pernah melakukan hal
itu. Kalau, seandainya itu disyari’atkan, tentu mereka akan segera
melakukannya.
Imam Bukhari rahimahullah membuat satu bab dalam kitab Shahih-nya,
3/222: Bab Al Jaridati Ala Al Qabri. Ibnu Rusydi mengatakan, tampaknya
dari penjelasan Imam Bukhari rahimahullah bahwa perbuatan itu khusus
untuk dua orang itu saja. Oleh karenanya, beliau melanjutkannya dengan
membawakan perkataan Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma, ketika melihat
sebuah tenda di atas kuburan Abdurrahman.
انْزِعْهُ يَا غُلَامُ فَإِنَّمَا يُظِلُّهُ عَمَلُهُ
Wahai, anak muda. Cabutlah itu. Hanya amal perbuatannya saja yang (bisa) menaunginya.
Para Ahli Ilmu menjelaskan, bahwa ini merupakan satu kejadian khusus
yang mungkin dikhususkan kepada orang-orang yang Allah perlihatkan
kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tentang keadaan sang mayit.
Al Khathabi berkata dalam Ma’alimus Sunan, 1/27, mengomentari hadits
ini,”Ini termasuk bertabarruk (mengharapkan barakah, Pent) dengan atsar
dan do’a Beliau Shallallahu 'aliahi wa sallam agar diringankan adzab
dari keduanya. Seakan-akan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
menjadikan waktu basahnya ranting itu sebagai batas dari permintaan
keringanan adzab dari Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, bukan karena
pelepah basah memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki pelepah kering.
Kebanyakan orang di banyak negara menanam pepohonan di atas kubur-kubur
mereka. Saya lihat, mereka melakukannya tidak mengambilnya dari sisi
ini.”
Syaikh Ahmad Syakir, dalam komentar beliau terhadap Sunan Tirmidzi,
1/103, berkata setelah hadits ini : “Benarlah (perkatanaan, Pent) Al
Khattabi. Kebanyakan orang semakin menjadi-jadi melakukan amal yang
tidak berdasar ini, dan berlebih-lebihan. Terutama di negeri Mesir,
karena taklid kepada orang-orang Nasrani, hingga mereka meletakkan
bunga-bunga di atas pekuburan, saling menghadiahkan bunga diantara
mereka. Lalu mareka taruh di atas pusara keluarga dekat mereka dan teman
mereka sebagai penghormatan kepada penghuni kubur, dan sikap
berpura-pura baik kepada yang masih hidup. Bahkan kebiasaan ini menjadi
setengah resmi dalam acara persahabatan antar bangsa. Engkau dapatkan,
para pembesar Islam, jika berkunjung ke salah satu negara Eropa,
(mereka) pergi ke kuburan para pembesar negera itu, atau ke kubur yang
mereka sebut kuburan pahlawan tak dikenal, dan menabur bunga di atasnya.
Sebagian mereka meletakkan bunga plastik yang tidak ada unsur basah
padanya, karena mengikuti orang Perancis dan mengikuti
perbuatan-perbuatan Nashara dan Yahudi. Para ulama tidak mengingkari
atas perbuatan mereka tersebut, apalagi orang awam; bahkan engkau
melihat mereka sendiri meletakkan di kuburan orang yang meninggal dari
kalangan mereka.
Saya telah mengetahui, kebanyakan wakaf-wakaf yang mereka namakan wakaf
khairiyah, ditanami pohon kurma dan bunga-bunga berbau harum, yang
diletakkan di atas kuburan. Semua ini adalah perbuatan bid’ah dan
mungkar. Tidak memiliki dasar sama sekali. Tidak memiliki sandaran dari
Al Qur’an maupun Sunnah.
Para Ahli Ilmu wajib mengingkari dan memberantas kebiasaan-kebiasaan ini, sesuai dengan kemampuan masing-masing.”
Syaikh kami, Al Albani mengatakan dalam kitab Ahkamul Janaiz, hlm. 201,
”Ada beberapa perkara yang menguatkan (pendapat yang mengatakan), bahwa
meletakkan pelepah di atas kuburan merupakan kekhususan Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam dan peringanan adzab, bukan disebabkan pelepah kurma
yang Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bagi dua.”
Syaikh Al Albani rahimahullah menyebutkan dalil, diantaranya hadits
Jabir radhiyallahu 'anhu yang terdapat dalam Shahih Muslim rahimahullah,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
أنى مررت بقبرين يعذبان فأ حببت بشفاعتى أن يرد عنهما ما دام الغصنان رطبين
Sesungguhnya aku melewati dua kuburan yang sedang disiksa. Maka dengan
syafa’atku, aku ingin agar adzabnya diperingan dari keduanya, selama dua
ranting ini masih basah.
Hadits ini, secara jelas menerangkan bahwa keringanan adzab itu
disebabkan oleh syafa’at dan do’a Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,
bukan karena unsur basah (yang ada pada ranting itu, Pent), baik kisah
Jabir Radhiyallahu 'anhu yang sama ini dengan kisah Ibnu Abbaz
Radhiyallahu 'anhuma yang terdahulu, sebagaimana dirajihkan oleh Al
‘Aini atau ulama lain, ataupun dua kejadian yang berbeda sebagaimana
dirajihkan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari.
Berdasarkan kemungkinan pertama (yaitu kisah Jabir Radhiyallahu 'anhu
yang satu kejadian dengan kisah Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma), sudah
cukup jelas. Adapun berdasarkan kemungkinan kedua -menurut penelitian
yang benar- menunjukkan bahwa illahnya (penyebabnya) satu, karena adanya
kemiripan dalam dua kisah tersebut. Juga, karena keberadaan pelepah
basah sebagai sebab diringankan adzab atas mayit tersebut, termasuk
perkara yang tidak diketahui secara syar’i ataupun akal. Kalau,
seandainya hal itu benar, tentu orang yang paling ringan adzabnya ialah
orang-orang kafir yang menanam pepohonan di kuburan mereka layaknya
sebuah taman, karena banyaknya tanaman dan pepohonan yang selalu hijau
pada musim panas ataupun dingin.
Juga sebagian ulama, seperti Imam Suyuthi rahimahullah menjelaskan,
bahwa sebab pengaruh pelepah basah dalam keringanan adzab tersebut,
karena dia bertasbih kepada Allah Subahnahu wa Ta'alka. Mereka
mengatakan, jika hilang sifat basah dari pelepah itu dan kering, maka
berhentilah dari bertasbih. Alasan ini menyelisihi keumuman firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala.
وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلاَّيُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِن لاَّتَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ
Dan tak ada suatupun melainkan nertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. [Al Isra’:44].
Jika hal ini sudah jelas, maka mudah untuk memahami kebathilan Qiyas
lemah yang dikutip oleh Imam Suyuthi rahimahullah dari orang yang tidak
disebutkan namanya: “Jika adzab kubur diringankan dari keduanya dengan
sebab tasbih pelepah tersebut, maka bagaimana pula dengan Al Qur’an yang
dibacakan seorang mukmin? Dia mengatakan,”Hadits ini menjadi dalil
menanam pohon di kuburan.”
Syaikh Al Albani mengatakan,”Kokohkan dulu kursi singgasana, baru
dipahat [3]. Apakah (mungkin) bayangan sesuatu itu lurus, sementara
batangnya bengkok. Seandainya Qiyas ini benar, tentulah para salafush
shalih bersegera melakukannya, karena mereka lebih bersemangat dalam
kebaikan dibandingkan dengan kita.
Keterangan yang telah lewat menunjukkan, meletakkan pelepah di kuburan
itu merupakan kekhususan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan rahasia
keringanan adzab atas kedua penghuni kubur tersebut bukan dikarenakan
pelepah yang basah, akan tetapi karena syafa’at dan do’a Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kejadian ini termasuk peristiwa yang
tidak mungkin terulang lagi setelah Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
wafat, dan tidak juga bagi orang lain setelah Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam ; karena mengetahui adzab kubur termasuk kekhususan Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ini termasuk perkara ghaib yang tidak
akan diketahui, kecuali oleh Rasul, sebagaimana firman Allah Subhanahu
wa Ta'ala.
عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا
(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak
memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. [Al Jin:26].
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun VIII/1425H/2004M
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.
8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
_______
Footnote
[1]. Diterjemahkan dari buku yang berjudul Tashihul Akhtha’ Wal Auham
All Waqi’ah Fi Fahmi Ahaditsin Nabi Alaihishshalatu Was Salam, hlm.
72-78.
[2]. Kami juga menemukan beberapa riwayat lain yang menggunakan kalimat يَسْتَبْرِئُ seperti riwayat Imam Nasa’i berikut:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا
يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَبْرِئُ
مِنْ بَوْلِهِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ
أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ ثُمَّ غَرَزَ فِي كُلِّ
قَبْرٍ وَاحِدَةً فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا
فَقَالَ لَعَلَّهُمَا أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam melewati dua buah kuburan. Lalu Beliau
bersabda,”Sungguh keduanya sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena
dosa besar. Salah satu dari dua orang ini, tidak menjaga diri dari
kencing. Sedangkan yang satunya lagi, dia berkeliling menebar namimah.”
Kemudian Beliau mengambil ranting basah. Beliau patahkan menjadi dua,
lalu Beliau tancapkan di atas masing-masing kubur satu potong. Para
sahabat bertanya,”Wahai, Rasulullah. Mengapa Rasul melakukan ini?”
Beliau menjawab,”Semoga mereka diringankan siksaannya, selama kedua
ranting itu belum kering.”
[2]. Ungkapan peribahasa, yang artinya buktikan dulu kebenaran satu masalah, kemudian baru dipakai sebagai ukuran. (Pent)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog BULETIN THOLABUL ILMI
-
- ▼ Agustus (11)
- ▼ Agu 24 (9)
- NABI YANG SEBENARNYA DAN NABI PALSU
- PENYELEWENGAN TERHADAP AYAT : (INGATLAH) SUATU HAR...
- SEPAK TERJANG SYI'AH DI INDONESIA
- MENELUSURI AKAR PEMIKIRAN KAUM LIBERAL
- IMAN KEPADA NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WA SA...
- MUNCULNYA IMAM MAHDI
- TANDA-TANDA KIAMAT
- IMAN KEPADA NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WA SA...
- PENGAKUAN HAIDAR BAGIR TENTANG SESATNYA SYIAH
- ▼ Agu 24 (9)
- ▼ Mei (9)
- ▼ Mei 10 (9)
- TAHLILAN (SELAMATAN KEMATIAN ) ADALAH BID’AH MUNKA...
- SAKARATUL MAUT, DETIK-DETIK YANG MENEGANGKAN LAGI ...
- AL-HADAAD (BERKABUNG)
- IBADAH DAN AMALAN YANG BERMANFAAT BAGI MAYIT
- POHON DI KUBURAN MERINGANKAN SIKSA?[1]
- HAL-HAL YANG MENAKUTKAN DI ALAM KUBUR
- DERITA SESUDAH MATI
- SEBUAH RENUNGAN TERHADAP KEMATIAN
- MENGINGAT MAUT, KEMATIAN PASTI DATANG
- ▼ Mei 10 (9)
- ▼ Maret (31)
- ▼ Mar 01 (31)
- Keutamaan Dan Kemuliaan Do'a
- PENGHALANG-PENGHALANG DO'A
- ORANG YANG DIKABULKAN DO'ANYA
- WAKTU-WAKTU YANG MUSTAJAB
- BERDO’A KEPADA SELAIN ALLAH
- MEMOHON KEPADA ALLAH DENGAN KEDUDUKAN PARA NABI AT...
- BURUK SANGKA KEPADA ALLAH
- MEMBACA ISTIGHFAR UNTUK ORANG KAFIR
- MENGGANTUNGKAN DO’A DENGAN KEHENDAK
- MENINGGALKAN DOA
- BERLEBIHAN DALAM BERDO’A
- Fatwa ulama
- Fatwa ulama
- DOAKANLAH, WAHAI RASULULLAH, UNTUK KESEMBUHANNKU, ...
- PENJELASAN BAHWA YANG DISYARI'ATKAN DALAM MENGHITU...
- DO’A IBU JURAIJ
- TAUBATNYA ORANG YANG BANYAK BERBUAT MAKSIAT
- SEORANG PENYANYI YANG BERTAUBAT DITANGAN IBNU MAS’...
- AKU BERTAUBAT KEMUDIAN AKU KEMBALI KEPADA KEMAKSIA...
- KAPAN WAKTU BERDOA?
- DEFINISI TASBIH, NAMA-NAMA TASBIH, BAHAN DASAR PEM...
- KELEMAHAN HADITS-HADITS TENTANG MENGUSAP MUKA DENG...
- PAGI HARI : ANTARA TIDUR DAN DZIKIR
- SALAH FAHAM TERHADAP DO'A NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI...
- BAIK DAN HALAL ADALAH SYARAT DITERIMANYA DOA
- SEGERALAH BERTAUBAT KEPADA ALLAH!
- KEWAJIBAN BERTAUBAT KEPADA ALLAH DAN TUNDUK MEREND...
- TAUBAT NASHUHA
- KEUTAMAAN DAN BENTUK MAJLIS DZIKIR
- DZIKIR KUNCI KEBAIKAN
- TIDAK MELAMPAUI BATAS DALAM BERDO'A
- ▼ Mar 01 (31)
- ▼ Februari (27)
- ▼ Feb 08 (27)
- AKHLAK SALAF, AKHLAK MUKMININ DAN MUKMINAT
- AKHLAK SALAF CERMINAN AKHLAK AL-QURAN DAN AS-SUNNA...
- ADAB-ADAB IKHTILAF
- MACAM-MACAM IKHTILAF ke.2
- MACAM-MACAM IKHTILAF ke.1
- FIKIH IKHTILAF [MEMAHAMI PERSELISIHAN PENDAPAT MEN...
- ETIKA BERBEDA PENDAPAT
- HUKUM MENCARI-CARI RUKHSAH PARA FUQAHA' DAN MENGGA...
- HUKUM MENCARI-CARI RUKHSAH PARA FUQAHA' KETIKA TER...
- TIDAK ADA YANG PERLU DIBINGUNGKAN DALAM MENGHADAPI...
- SIKAP SEORANG MUSLIM TERHADAP PERBEDAAAN MADZHAB
- BILAKAH DIAKUINYA PERBEDAAN PENDAPAT
- TIDAK BOLEH BAGI PARA PENUNTUT ILMU SALING MENJELE...
- BAGAIMANAKAH SIKAP KITA TERHADAP PERSELISIHAN YANG...
- DHOWABITH [BATASAN-BATASAN] PERSELSIIHAN YANG DIPE...
- BAGAIMANAKAH SALAF DALAM MENJAGA NIAT MEREKA SERTA...
- HARAP DAN TAKUT BUAH KEIKHLASAN
- MENJAGA KEBAIKAN
- CONTOH KHILAF (PERBEDAAN PENDAPAT) DI ANTARA PARA ...
- Kembalinya Pemberi Fatwa Kepada Yang Benar, Pemint...
- SIAPAKAH YANG LAYAK DIBERI AMANAH?
- PERHATIAN SYAIKH AL-ALBANI TERHADAP MASALAH REMAJA...
- PERINTAH BERLAKU JUJUR DAN LARANGAN BERBUAT DUSTA
- JALAN MENUJU KEMULIAN AKHLAQ
- PENTINGNYA KEJUJURAN DEMI TEGAKNYA DUNIA DAN AGAMA...
- MARAH YANG TERPUJI
- KUNCI SUKSES BERMU'AMALAH
- ▼ Feb 08 (27)
- ▼ Januari (121)
- ▼ Jan 02 (82)
- Syarah Adabul Mufrad jilid 1 (dari 2)
- Subulus Sallam
- Sirah Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi Wa Salam
- Silsilah Hadits Shahih
- Sifat Shalat Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam
- Sifat Perniagaan Nabi
- Hanya Untukmu Anakku
- Shahih Thibbun Nabawi
- Shahih tafsir ibnu katsir juz amma
- Shahih Fiqih Sunnah 1-5
- Shahih Fadhail A'mal 1-2
- SHAHIH DAN DHAIF KITAB AL-ADZKAR KUMPULAN DOA DAN ...
- Shahih Asbabun Nuzul
- Sedekah Menolak Bala
- Seakan ini Shalat pertamaku
- Salah Kaprah Dalam Beragama
- Ruh Seorang Mukmin Tergantung pada Utangnya?
- Risalah Nikah
- Rintangan Setelah Kematian
- Riba dan Tinjauan Praktis Perbankan Syariah
- Rasulullah Berkisah tentang Surga dan Neraka
- Rahasia Doa Mustajab
- Politik Islam
- Pesona SURGA
- Pengantar Ilmu Tafsir
- Panduan Memilih Pemimpin dan Wakil Rakyat
- Panduan Lengkap Shalat Tahajjud
- Murnikan Tauhid Jauhkan Syirik
- Merekalah Golongan yang Selamat
- Meraih Berkah dengan Shalat Berjamaah
- Menjemput Taubat Sebelum Terlambat
- Menjawab Ayat dan Hadits Kontroversi
- Menjadi Istri Paling Bahagia
- Menimbang Ajaran Syi'ah
- Memetik Hikmah dari Telaga Sunnah 1-3
- Membongkar Praktik Sihir dan Perdukunan
- Memandikan dan Mengkafani
- Meluruskan Sejarah Menguak Tabir Fitnah
- Manhaj Aqidah Imam Asy-Syafii
- Manajemen Umur
- Malapetaka Akhir Zaman
- Mahkota Pengantin
- Kumpulan Shalat Sunnah dan Keutamaannya
- Kisah Shahih Para Nabi
- Kesalahan Seputar Ibadah
- Jangan Salah Mendidik Buah Hati
- Jalan Menuju Surga yang Didambakan
- Jadilah Salafi Sejati
- Islam Menjawab Tuduhan
- Jangan Takut Menatap Masa Depan
- Ibu Ajari Aku Shalat
- HARI KIAMAT SUDAH DEKAT
- Hal-hal yang Wajib Diketahui Setiap Muslim
- Hadits-Hadits Lemah dan Palsu dalam Ibadah
- Hadits Shahih yang Disalahpahami
- Hadits Lemah & Palsu Dalam Kitab Durratun Nashihin...
- Fiqih Sunnah Wanita
- Fiqih Dakwah Ummahatul Mukminin
- Fikih Asma’ul Husna
- Fatwa-Fatwa Wanita dan Keluarga
- Fatwa-Fatwa Terkini jilid 1 s/d 3
- FATWA-FATWA TENTANG WANITA
- Fatwa-Fatwa Jual Beli
- Fatwa Ibnu Taimiyah
- Fathul Majid
- Fadhilah Shalawat kepada nabi Shallallaahu 'Alaihi...
- Ensiklopedia Bid'ah
- ENSIKLOPEDI SHALAT
- Ensiklopedi Islam Al-Kamil
- ENSIKLOPEDI FIQIH PRAKTIS
- Ensiklopedi Anak
- Ensiklopedi Amalan Muslim
- Ensiklopedi Adab Islam
- Dzikir Pagi Petang dan Sesudah Shalat Fardhu
- Doa dan wirid
- Dahsyatnya Neraka
- Cinta Buta
- Cara Mudah Mencari Rizki
- Bulughul Maram
- Buku Induk Akidah Islam (Syarah Aqidah Wasithiyah
- Buku Induk Akidah Islam
- Bingkisan Terindah untuk Ayah Bunda
- ▼ Jan 01 (39)
- Berhujjah Dengan Hadits Ahad
- Bencana Ilmu
- Beginilah Islam Melindungi Wanita
- Beginilah Cara Mengamalkan al-Quran
- Begini Seharusnya Mendidik Anak (HC)
- Bangga dengan Jenggot
- Balasan Sesuai dengan Perbuatan
- Bahaya Penyakit Waswas dan Solusinya
- Bagaimana Menghadapi Musibah?
- Bagaimana Bila Penguasa Zhalim?
- Kitab Al-Wajiz
- Al-Masaa'il Set
- Al-Lu-lu wal Marjan
- Al-Kaba’ir
- Al-Bidayah wa Nihayah (Masa Khulafaur Rasyidin)
- AL HABIB
- Al Adzkar
- 99 Kisah Orang Shalih
- Agar Suami Disayang Istr
- Agar Istri Disayang Suami
- Agar Anda Dicintai Nabi
- Adil Terhadap Para Istri
- Adakah Siksa Kubur
- Ada Apa Setelah Mati?
- Ada Apa dengan Wahabi
- Ad-daa' Wad Dawaa'
- 76 Dosa Besar yang Dianggap Biasa
- 70 Kekeliruan Wanita
- 60 Biografi Ulama Salaf
- 47 Keutamaan Shalat Tahajud
- 40 Manfaat Shalat Berjamaah
- 10 Sahabat Nabi Dijamin SURGA
- 33 Kesalahan Khatib Jum'at
- 297 Larangan dalam Islam
- 20 Dosa Besar Wanita
- 221 Kesalahan Dalam Shalat Beserta Koreksinya
- 100 Keistimewaan Rasulullah Dan Umatnya di Sisi Al...
- 1 Jam Belajar Mengurus Jenazah
- Syarah Arba'in An-Nawawi
- ▼ Jan 02 (82)
- ▼ Agustus (11)
- ▼ 2011 (154)
- ▼ Desember (15)
- ▼ Des 04 (15)
- MENYAMBUNG SILATURAHMI MESKIPUN KARIB KERABAT BERL...
- TIDAK TAKUT CELAAN PARA PENCELA DALAM BERDAKWAH DI...
- TIDAK ADA KESULITAN DALAM ISLAM
- MEMILIH YANG DIYAKINI DAN MENINGGALKAN KERAGUAN
- EMPAT ORANG YANG DILAKNAT NABI
- BANGUNAN ISLAM (SYARAH RUKUN ISLAM)2
- BANGUNAN ISLAM (SYARAH RUKUN ISLAM)
- GHARQAD, POHON YAHUDI?
- SYARAH HADITS JIBRIL TENTANG ISLAM, IMAN DAN IHSAN...
- SYARAH HADITS JIBRIL TENTANG ISLAM, IMAN DAN IHSAN...
- JANGAN MENCELA SAHABAT RASULULLAH!
- Wasiat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Kep...
- Wasiat Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam kepada Ib...
- Berpegang Teguh dengan Sunnah.Bagaikan Menggengam ...
- BIRRUL WALIDAIN (Berbakti Kepada Kedua Orang Tua)
- ▼ Des 04 (15)
- ▼ November (37)
- ▼ Nov 27 (37)
- AYAH MEMAKSA PUTRANYA MENIKAH
- ANAK PEREMPUAN JANGAN DIPAKSA ATAS PERNIKAHAN YANG...
- HUKUM ASALNYA ADALAH POLIGAMI
- Poligami Itu Sunnah Dan Tafsir Ayat Poligami
- Wanita Tidak Boleh Menikahkan Diri Sendiri, Wanita...
- Menjalin Hubungan Sebelum Menikah, Obrolan Wanita ...
- Nikah Mut’ah, Dalil-Dalil Yang Mengharamkannya, Pe...
- TIDAK ADA KONTRADIKSI DI DALAM AYAT POLIGAMI
- HUKUM MENYANDINGKAN KEDUA MEMPELAI DI HADAPAN KAUM...
- MENIKAH DENGAN NIAT TALAK
- MAHAR BERLEBIH-LEBIHAN
- SIAPAKAH ORANG-ORANG YANG KUFU' (SAMA DAN SEDERAJA...
- NASEHAT BAGI WANITA YANG TERLAMBAT NIKAH
- TABDZIR DAN BERLEBIH-LEBIHAN DALAM PESTA PERNIKAHA...
- WANITA-WANITA YANG DILARANG DINIKAHI
- NABI MEMAKRUHKAN SEORANG SUAMI MEMANGGIL ISTERINYA...
- Apakah Poligami Itu Dianjurkan ?
- MENYELESAIKAN PERSELISIHAN ANTARA ISTERI-ISTERI
- TIDAK ADA KEWAJIBAN BAGI SEORANG SUAMI UNTUK MENYA...
- KEWAJIBAN MENYAMARATAKAN (SECARA ADIL) SEMUA ISTER...
- SESEORANG DILARANG MEMINANG PINANGAN SAUDARANYA
- PERNIKAHAN ADALAH FITRAH BAGI MANUSIA
- PERNIKAHAN YANG DILARANG DALAM SYARI'AT ISLAM
- DIHARAMKAN MENGGAULI ISTERI YANG SEDANG HAIDH
- TATA CARA PERNIKAHAN DALAM ISLAM : KHITBAH (PEMINA...
- TATA CARA PERNIKAHAN DALAM ISLAM : AQAD NIKAH
- Anjuran Untuk Menikah : Nikah Adalah Sunnah Para R...
- Anjuran Untuk Menikah : Menikah Dapat Mengembalika...
- Anjuran Untuk Menikah : Sebagian Ucapan Para Sahab...
- PERMASALAHAN : ORANG YANG MENIKAH DENGAN NIAT AKAN...
- MENEPIS KEKELIRUAN PANDANGAN TERHADAP POLIGAMI
- KEINDAHAN POLIGAMI DALAM ISLAM
- SYARAT- SYARAT DAN ADAB POLIGAMI
- SYARAT DAN ADAB POLIGAMI
- NIKAH DENGAN ORANG KAFIR
- NIKAH MUT'AH (KAWIN KONTRAK)
- KEMUNGKARAN-KEMUNGKARAN DALAM PERNIKAHAN
- ▼ Nov 27 (37)
- ▼ Oktober (56)
- ▼ Okt 17 (11)
- MENZIARAHI KOTA MADINAH AL-MUNAWARAH*
- U M R A H
- HAL-HAL YANG MEMBATALKAN HAJI•
- HAL-HAL YANG TERLARANG KETIKA IHRAM
- RUKUN-RUKUN HAJI
- SUNAH-SUNAH HAJI
- AMBILLAH MANASIK HAJIMU DARIKU (SIFAT HAJI NABI SH...
- MIQAT (WAKTU ATAU TEMPAT YANG DITENTUKAN)
- HAJI ANAK KECIL DAN BUDAK
- KEUTAMAAN HAJI DAN UMRAH
- TUDUH DAN MENUDUH PAHAM DAN BELUM PAHAM TAPI MENUD...
- ▼ Okt 12 (22)
- PENJELASAN BAHWA AL-QUR'AN LEBIH MEMBUTUHKAN AS-SU...
- PENJELASAN BAHWA AS-SUNNAH MERUPAKAN KETERANGAN AL...
- ORANG YANG BERFATWA HARUS MENGETAHUI ATSAR
- SETELAH ADA HADITS SHAHIH, TIDAK BOLEH MENGATAKAN ...
- PENGERTIAN SUNNAH
- NAMA-NAMA DAN SIFAT AHLUS SUNNAH
- SUNNAH ADALAH KENIKMATAN
- KEDUDUKAN SUNNAH
- PERNYATAAN PARA IMAM UNTUK MENGIKUTI SUNNAH DAN ME...
- PERNYATAAN PARA IMAM UNTUK MENGIKUTI SUNNAH DAN ME...
- PERNYATAAN PARA IMAM UNTUK MENGIKUTI SUNNAH DAN ME...
- PERNYATAAN PARA IMAM UNTUK MENGIKUTI SUNNAH DAN ME...
- SEDIKIT DAN SESUAI SUNNAH LEBIH BAIK DARIPADA BANY...
- Salah Paham Dan Jawabannya ke-3 dari 3
- Salah Paham Dan Jawabannya ke-2 dari 3
- SALAH PAHAM DAN JAWABANNYA
- KEDUDUKAN ORANG YANG MENGAMALKAN SUNNAH DAN PELAKU...
- KETERASINGAN SUNNAH DAN AHLU SUNNAH DI TENGAH MARA...
- SUNNAH, JUGA MERUPAKAN WAHYU
- SUNNAH, SUMBER AGAMA
- SUNNAH, ANTARA MUSUH DAN PEMBELANYA
- MENGAGUNGKAN SUNNAH
- ▼ Okt 07 (22)
- PENGERTIAN BID’AH MENURUT SYARI’AT
- PENGERTIAN BID’AH MENURUT SYARI’AT
- PENGERTIAN BID’AH MENURUT SYARI’AT
- KOMPARASI MAKNA BID’AH SECARA LUGHAWI DAN SYAR’I
- HUKUM UPACARA PERINGATAN MALAM NISFI SYA'BAN
- HUBUNGAN ANTARA IBTIDA’ DENGAN IHDAATS
- PENGERTIAN BID'AH MACAM-MACAM BID'AH DAN HUKUM-HUK...
- LATAR BELAKANG YANG MENYEBABKAN MUNCULNYA BID'AH
- SIKAP TERHADAP PELAKU BID’AH DAN MANHAJ AHLUS SUNN...
- BEBERAPA CONTOH BID’AH MASA KINI, Bagian Pertama d...
- BEBERAPA CONTOH BID’AH MASA KINI
- PENGERTIAN BID’AH DALAM SEGI BAHASA[1]
- HUKUM MERAYAKAN HARI KELAHIRAN NABI DI MASJID
- HUBUNGAN ANTARA BID’AH DENGAN SUNNAH
- HUKUM MENZIARAHI KUBURAN GURU TAREKAT SUFI DAN MEM...
- HUBUNGAN ANTARA BID’AH DENGAN MAKSIAT
- HUBUNGAN ANTARA BID’AH DENGAN MAKSIAT
- HUBUNGAN BID’AH DAN MASLAHAT MURSALAH
- HUKUM MERAYAKAN MALAM ISRA' MI'RAJ
- HUKUM MENYIAPKAN MAKANAN PADA TANGGAL DUA PULUH TU...
- Pembahasan Seputar Bid'ah,TASBEH
- Bembahasan Seputar Bid'ah,SIAPA YANG MEMBEDAKAN BE...
- ▼ Okt 17 (11)
- ▼ September (24)
- ▼ Sep 23 (13)
- WAJIB MENGENAL BID’AH DAN MEMPERINGATKANNYA
- Cara Ahlul Bid'ah Beragumentasi # 2
- CARA AHLUL BID’AH BERARGUMENTASI # 1
- ANTARA BID’AH DAN AHLU BID’AH
- SEBAB-SEBAB BID’AH
- SETIAP KESESATAN DI NERAKA
- BID’AH DAN NIAT BAIK
- ANTARA ADAT DAN IBADAH
- AKHIR KESUDAHAN AHLI BID’AH
- PERINGATAN MAULID NABI SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALL...
- BID’AH-BID’AH SEPUTAR QIRA’AH (BACAAN AL-QUR’AN)
- Mengurai Benang Merah Antara Ahlul Bid'ah Dengan Y...
- SEPUTAR BID’AH SHALAT TARAWIH
- ▼ Sep 23 (13)
- ▼ Agustus (7)
- ▼ Agu 11 (7)
- Bahaya Menolak Hadits Ahad sebagai Hujjah dalam Aq...
- Manhaj Salaf – Jalan Tepat Dalam Memahami Islam
- Salaf, Sebaik-baiknya Generasi Ummat Ini
- Kenapa kita harus mengikuti AS SALAF ?
- Rambu-rambu Dalam Beragama Agar Tidak Menyimpang
- Hakikat Sombong adalah Menolak Kebenaran dan Merem...
- Janganlah Menjauhkan Diri Dari Sunnah
- ▼ Agu 11 (7)
- ▼ April (9)
- ▼ Apr 01 (9)
- BANTAHAN TERHADAP SITUS DAN BLOG PENENTANG MANHAJ ...
- BANTAHAN TERHADAP SITUS DAN BLOG PENENTANG MANHAJ ...
- BANTAHAN TERHADAP SITUS DAN BLOG PENENTANG MANHAJ ...
- BANTAHAN TERHADAP SITUS DAN BLOG PENENTANG MANHAJ ...
- BANTAHAN TERHADAP SITUS DAN BLOG PENENTANG MANHAJ ...
- BANTAHAN TERHADAP SITUS DAN BLOG PENENTANG MANHAJ ...
- BANTAHAN TERHADAP SITUS DAN BLOG PENENTANG MANHAJ ...
- Jaring-jaring Setan itu Bernama Ghuluw
- Menyikapi Perbedaan Pendapat
- ▼ Apr 01 (9)
- ▼ Desember (15)
- ▼ 2010 (90)
- ▼ September (49)
- ▼ Sep 26 (9)
- Apakah Tanggung Jawab Sebuah Keluarga Islam ?
- Muslimah Waspadalah...! akan Racun-Racun Hati
- Muslimah Menjunjung Panji Islam,Pahala Kaum Hawa d...
- Kiat Bergaul,Menjauhi Adu Domba dan bagaimana Mewa...
- Kaum Wanita, Sebelum dan Sesudah Islam,
- IKTILAT.dan KALIAN MESTI JAUHI !
- Ada Apa Dibalik Pernikahan ?seperti apakah istri i...
- 10 Nasehat Untuk Wanita
- Di Antara Berjuta Cinta
- ▼ Sep 15 (8)
- Mereka Bertanya Tentang Manhaj Salaf 8
- Mereka Bertanya Tentang Manhaj Salaf 7
- Mereka Bertanya Tentang Manhaj Salaf 6
- Mereka Bertanya Tentang Manhaj Salaf 5
- Mereka Bertanya Tentang Manhaj Salaf 4
- Mereka Bertanya Tentang Manhaj Salaf 3
- Mereka Bertanya Tentang Manhaj Salaf 2
- Mereka Bertanya Tentang Manhaj Salaf 1
- ▼ Sep 01 (8)
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 5)
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 4)
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 3)
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 2)
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 1)
- Hukum Shalat 'Ied
- Mendulang Sunnah Nabi pada Hari Raya 'Iedul Fitri
- Seputar Lailatul Qadar (Beberapa Kekeliruan Kaum M...
- ▼ Sep 26 (9)
- ▼ Agustus (39)
- ▼ Agu 28 (10)
- Sifat Puasa Nabi (bag 21) - Sholat Tarawih
- Sifat Puasa Nabi (bag 20) - I'tikaf
- Sifat Puasa Nabi (bag 17) - Kafarat
- Sifat Puasa Nabi (bag 19) - Malam Lailatul Qadar
- Sifat Puasa Nabi (bag 18) - Fidyah
- Sifat Puasa Nabi (bag 16) - Qadha
- Sifat Puasa Nabi (bag 15) - Pembatal-Pembatal Puas...
- Sifat Puasa Nabi (bag 14) - Berbuka Puasa
- Sifat Puasa Nabi (bag 13) - Allah Menginginkan Kem...
- Sifat Puasa Nabi (bag 12) - Hal-Hal Yang Boleh Dil...
- ▼ Agu 24 (10)
- Sifat Puasa Nabi (bag 11) - Hal-Hal Yang Wajib Dit...
- Sifat Puasa Nabi (bag 10) - Sahur
- Sifat Puasa Nabi (bag 9) - Waktu Puasa
- Sifat Puasa Nabi (bag 8) - Niat
- Sifat Puasa Nabi (bag 5) - Ancaman Bagi Yang Memba...
- Sifat Puasa Nabi (bag 4) - Targhib Puasa Ramadhan
- Sifat Puasa Nabi (bag 3) - Wajibnya Puasa Ramadhan...
- Sifat Puasa Nabi (bag 2) - Keutamaan Bulan Ramadha...
- Sifat Puasa Nabi (bag 1) - Keutamaan Puasa
- BELAJAR MAKNA RAMADHAN (bagian.1)
- ▼ Agu 28 (10)
- ▼ September (49)
- Makna Dan Hukum Zakat Secara Umum
- HUKUM ZAKAT (2) Faedah-faedahnya dan Harta yang Wa...
- HUKUM ZAKAT (1) Faedah-faedahnya dan Harta yang Wa...
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 5)
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 4)
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 3)
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 2)
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 1)
- Hukum Shalat 'Ied
- Mendulang Sunnah Nabi pada Hari Raya 'Iedul Fitri
- Seputar Lailatul Qadar (Beberapa Kekeliruan Kaum M...
- ▼ 8 (39)
- Sifat Puasa Nabi (bag 21) - Sholat Tarawih
- Sifat Puasa Nabi (bag 20) - I'tikaf
- Sifat Puasa Nabi (bag 17) - Kafarat
- Sifat Puasa Nabi (bag 19) - Malam Lailatul Qadar
- Sifat Puasa Nabi (bag 18) - Fidyah
- Sifat Puasa Nabi (bag 16) - Qadha
- Sifat Puasa Nabi (bag 15) - Pembatal-Pembatal Puas...
- Sifat Puasa Nabi (bag 14) - Berbuka Puasa
- Sifat Puasa Nabi (bag 13) - Allah Menginginkan Kem...
- Sifat Puasa Nabi (bag 12) - Hal-Hal Yang Boleh Dil...
- Sifat Puasa Nabi (bag 11) - Hal-Hal Yang Wajib Dit...
- Sifat Puasa Nabi (bag 10) - Sahur
- Sifat Puasa Nabi (bag 9) - Waktu Puasa
- Sifat Puasa Nabi (bag 8) - Niat
- Sifat Puasa Nabi (bag 5) - Ancaman Bagi Yang Memba...
- Sifat Puasa Nabi (bag 4) - Targhib Puasa Ramadhan
- Sifat Puasa Nabi (bag 3) - Wajibnya Puasa Ramadhan...
- Sifat Puasa Nabi (bag 2) - Keutamaan Bulan Ramadha...
- Sifat Puasa Nabi (bag 1) - Keutamaan Puasa
- BELAJAR MAKNA RAMADHAN (bagian.1)
- Shaum, Proses Menuju Sukses
- Memaknai Sebuah Ramadhan
- Fatwa-Fatwa Tentang Ramadhan
- RAMADHAN HIKMAH PUASA BULAN YANG AGUNG
- RAMADHAN HIKMAH PUASA
- MANHAJ SALAF
- MENGENAL ULAMA AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH
- MENGENAL ULAMA AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH
- Mengenal Ulama Ahlussunnah Waljama'ah
- mengenal ulama ahlussunnah waljam'ah
- TAUHID kepada Alloh
- RAMADHAN
- perhatikan di bulan yang penuh berkah ini
- HUKUM PUASA FAIDAH DAN HIKMAHNYA
- Masalah Hati
- Riya Termasuk Syirik Kecil
- http://abuzubair.net/mutiara-nasehat-dari-syaikh-i...
- THOLABUL ILMI SEJATI
- Aqidah Islam Jalan Lu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar