Kiat Bergaul
Bergaul dengan orang lain ternyata tak luput dari perhatian Islam. Bahkan kebaikan dalam bergaul atau bermuamalah merupakan salah satu pokok ajaran Islam. Bermuamalah dengan siapa saja, baik ia patner kerja, teman belajar, atasan, atau dengan anggota keluarga kita. Ada kiat-kiat tertentu yang syar'I yang dianjurkan oleh Islam. Sudah semestinya kita perlu melihat bagaimanakan kaidah dan kiat-kiat Islam dalam bergaul, agar mampu mengambil hati orang lain dan memberikan pengaruh pada mereka. Dan tentu saja niatan kita disaat bergaul adalah meraih sesuatu yang sangat agung yaitu mencari keridhaan Allah azza wa jalla.
Diantara kiat bergaul yang dicontohkan adalah:
Kaidah-1 Menebarkan Salam
Mengucapkan salam merupakan wujud perhatian seorang kepada individu yang lain. Ia pun merupakan kunci surga. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah berkata : Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencinta. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian lakukan niscaya kalian akan saling mencinta, sebarkan salam diantara kalian (HR. Muslim)Kaidah-2 Senyumanmu untuk Saudaramu adalah Sedekah
Nabi bersabda: Senyumanmu untuk saudaramu adalah sedekah. Sebuah senyuman, memiliki banyak pengaruh, diantaranya ¨ Menunjukkan kepribadian seseorang ¨ Melapangkan dada pada pertemuan-pertemuan selanjutnya ¨ Melancarkan perkenalan dan pembicaranKaidah -3 Engkau panggil dia dengan nama yang ia sukai
Umar bin khattab meringkas tentang kaidah meraih cinta manusia. Tiga hal yang akan menjernihkan hubunganmu dengan manusia "Engkau memulai salam, engkau memanggilnya dengan nama yang paling ia sukai, dan engkau melapangkan baginya dalam bermajelis"Kaidah-4 Engkau katakan padanya Aku mencintaimu karena Allah
Dalam sebuah riwayat: cinta itu ada pada tiga hal ¨ cinta kepada orang mukmin di jalan Allah dan tanda cinta ini adalah menghindarkan diri dari menganggu mereka dan memberikan kebaikan kepada mereka ¨ cinta kepada rasulullah yang dicirikan dengan cinta kepada sunnahnya ¨ dan cinta kepada Allah adalah dengan mendahulukan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan ; dan diantara Sunnah adalah mengucapkan kepada saudaranya " Aku mencintaimu karena Allah"Kaidah- 5 Berjabat Tangan Ketika berjumpa dengannya
Dikatakan kepada Abu dzar apakah Rasulullah selalu berjabat tangan dengan kalian ketika kalian berjumpa dengan beliau ? maka Abu dzar berkata:" Tidaklah aku berjumpa dengan Rasulullah kecuali beliau menjabat tanganku"Kaidah -6 Baik Akhlaq
Rasulullah bersabda " Sungguh orang yang terbaik diantara kalian adalah yang paling baik budi pekertinya, dan ditanyakan kepada beliau, apa yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga? Beliau berkata taqwallah (taqwa kepada Allah) dan baik budiKaidah-7 Sungguh Allah itu Maha Indah dan cinta kepada Keindahan
Abu Hurairah berkata"Seorang laki-laki datang kepada nabi dan ia seorang laki-laki yang sangat bagus ia berkata Wahai Rasulullah saya adalah seorang yang cinta dengan keindahan dan saya mendapatkan seperti apa yang Anda lihat. sampai-sampai segala sesuatu yang aku suka tak akan terlewat dari perhatian orang. Sehingga mereka berkata alangkah indah tali sandalku, apakah yang demikian termasuk kesombongan ? Rasulullah berkata Tidak ! akan tetapi kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia"Kaidah-8 Jazakallah Khairan(Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan) adalah syiar orang yang bersyukur
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata " Barangsiapa yang berbuat kebaikan kepadamu maka balaslah ia .Apabila engkau tidak mendapati apa yang dapat membalas kebaikannya maka doakan dia, sampai engkau yakin bahwa hal tersebut telah membalas kebaikannya Kaidah-9 tawadlu (merendahkan diri) niscaya Allah mengangkatmu Rasulullah berkata Sungguh Allah mewahyukan kepadaku untuk bertawadluMenjauhi Adu Domba
Adu domba merupakan perangai tercela yang menanamkan dendam diantara manusia, ini merupakan sifat yang dibenci setiap muslim dan muslimah. Sifat yang buruk ini tidak boleh diremehkan, karena diantara ciri-ciri adu domba dan yang telah ditetapkan baginya, bahwa ia bisa memisahkan seseorang dengan kerabatnya, seseorang dengan teman-temannya, bahkan dirinya dengan anggota saudaranya sendiri.
Diantara kisah yang menggambarkan sensitifnya sifat ini adalah sebagaimana disebutkan Syeikh Ibnu Qudamah di dalam kitabnya "Mukhtashar Minhajul Qashidin" bahwa seseorang menjual budak. Dia berkata kepada pembelinya, budak ini tidak mempunyai satu aibpun hanya saja dia suka mengadu domba, tidak menjadi soal bagiku kata pembeli.
Setelah beberapa hari budak itu berada dirumah pembeli, dia menghampiri tuannya seraya berkata, "Sebenarnya tuanku tidak mencintai nyonya. Meskipun begitu, dia tetap ingin menikahi nyonya. Jika nyonya menghendaki, saya bisa membujuknya agar dia tidak menceraikan nyonya, lalu ambillah pisau untuk mencukur rambutnya tatkala dia tidur. Hal ini bisa menyihirnya, sehingga dia senantiasa mencintai nyonya."
Lalu budak itu berkata kepada tuannya, "istri tuan berkomplot dengan seseorang dan ingin membunuh tuan selagi tuan sedang tidur." Maka sang tuan pura-pura tidur, lalu sang istri menghampirinya pelan-pelan sambil membawa pisau. Dia mengira istrinya benar-benar akan membunuhnya. Maka dia segera bangkit dan membunuh istrinya. Keluarga sang istri mendatanginya, lalu membunuhnya. Bahkan permusuhan merembet antara kabilah suami dan istri.
Adu domba bisa menimbulkan tindak pembunuhan, bahkan peperangan antara dua kabilah. Di dalam masyarakat kita banyak terdapat peristiwa yang menunjukkan betapa besar akibat yang ditimbulkan adu domba. Sedangkan istri yang ideal mempunyai sikap yang pasti dalam menghadapi adu domba sesuai dengan hukum syari'at tentang adu domba, bahwa,
"tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba." (muttafaq alaihi).
Jika ada seseorang wanita yang menghampirinya dan mengucapkan perkataan yang buruk, dan hal ini seringkali terjadi, maka dia tidak mau mendengarkannya dan tidak memperdulikannya. Bahkan kalau perlu dia membungkam mulut wanita tersebut dan menimpukkan batu kepadanya, sekedar untuk mengajarkan haramnya adu domba.
Ada kalanya seseorang berkata padanya, "Suamimu telah berbuat begini dan begitu", atau "Dia merasa respek terhadap masakan wanita lain", atau "Dia hendak menikah lagi". Tetapi dalam kondisi seperti apapun istri yang solehah dan ideal bisa keluar dari setiap cobaan dengan mendapat kemenangan, rumah tangganya tetap utuh karena memang dia sudah dipersiapkan sebagai istri yang ideal. An-Nawawy rahimahullah menyebutkan bahwa wanita yang menerima kedatangan orang lain yang hendak mengadu domba dan mengatakan begini dan begitu padanya, harus bersikap sebagai berikut:
- Tidak membenarkan perkataannya, karena dia orang yang suka mengadu domba dan fasik.
- Melarang tindakannya, menasihatinya dan menunjukkan sisi keburukan perbuatannya.
- Membencinya karena Allah, karena dia adalah orang yang dibenci di sisi Allah. Kita harus membenci orang yang dibenci Allah.
Mewaspadai Lisan
Lisan, bentuknya memang relatif kecil bila dibandingkan dengan anggota tubuh yang lain, namun ternyata memiliki peran yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Celaka dan bahagia ternyata tak lepas dari bagaimana manusia memanajemen lidahnya. Bila lidah tak terkendali, dibiarkan berucap sekehendaknya, alamat kesengsaraan akan segera menjelang. Sebaliknya bila ia terkelola dengan baik , hemat dalam berkata, dan memilih perkataan yang baik-baik, maka sebuah alamat akan datangnya banyak kebaikan..
Di saat kita hendak berkata-kata, tentunya kita harus berpikir untuk memilihkan hal-hal yang baik untuk lidah kita. Bila sulit mendapat kata yang indah dan tepat maka ahsan (mendingan) diam. Inilah realisasi dari sabda Rasulullah sholallohu alaihi wasalam
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam ( HR Muslim )
di samping itu kita pun harus paham betul manakah lahan-medan kejelekan sehingga lidah kita tidak keliru memijaknya. Kita harus tahu apakah sebuah hal termasuk dalam bagian dosa bagi lidah kita atau tidak? Bila kita telah tahu , tentunya kita bersegera untuk meninggalkannya.
Diantara medan-medan dosa bagi lidah kita antara lain..
Ghibah
Ghibah bila didefinisikan maka seperti yang diungkapkan oleh Rasulullah sholallohu alaihi wasalam"Engkau menyebutkan tentang saudaramu, dengan apa-apa yang dia benci" terus bagaimana jika yang kita bicarakan tersebut memang benar-benar ada pada saudara kita? "Jika memang ada padanya apa yang engkau katakan maka engkau telah meng-ghibahinya, dan bila tidak ada padanya maka engkau telah berdusta" (HR. Muslim)
Di dalam Al quran , Allah ta'ala menggambarkan orang yang meng-ghibahi saudaranya seperti orang yang memakan bangkai saudaranya:"Janganlah kalian saling memata-matai dan jangan mengghibahi antara satu dengan yang lain, sukakah kalian memakan daging saudaranya tentu kalian akan benci" ( Al Hujurat 12)
Tentu sangat menjijikkan makan daging bangkai , semakin menjijkkan lagi apabila yang dimakan adalah daging bangkai manusia , apalagi saudara kita sendiri. Demikianlah ghibah, ia pun sangat menjijkkan sehingga sudah sepantasnya untuk dijauhi dan dan ditinggalkan.
Lebih ngeri bila berbicara tentang ghibah, apabila kita mengetahui balasan yang akan diterima pelakunya. Seperti dikisahkan oleh Rasulullah sholallohu alaihi wasalam di malam mi'rajnya. Beliau menyaksikan suatu kaum yang berkuku tembaga mencakar wajah dan dada mereka sendiri. Rasul pun bertanya tentang keberadaan mereka, maka dijawab bahwa mereka lah orang-orang yang ghibah melanggar kehormatan orang lain.
Namimah
Kalau diartikan ia bermakna memindahkan perkataan dari satu kaum kepada kaum yang lain untuk merusak keduanya. Ringkasnya "adu domba". Sehingga Allah mengkisahkan tentang mereka dalam Al-Qur'an. Mereka yang berjalan dengan namimah , menghasut, dan mengumpat. Di sekitar kita orang yang punya profesi sebagai tukang namimah sangat banyak bergentayangan, dan lebih sering di kenal sebagai provokator-kejelekan. Namimah bukan hal yang kecil , bahkan para ulama mengkatagorikannya di dalam dosa besar . Ancaman Rasulullah bagi tukang namimah
" tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba (HR Bukhari)
akibat ghibah ini sangat besar sekali, dengannya terkoyak persahabatan saudara karib dan melepaskan ikatan yang telah dikokohkan oleh Allah. Ia pun mengakibatkan kerusakan di muka bumi serta menimbulkan permusuhan dan kebencian.
Dusta
Dusta adalah menyelisihi kenyataan atau realita. Dusta bukanlah akhlaq orang yang beriman, bahkan ia melekat pada kepribadian orang munafiq"Tiga ciri orang munafik, apabila berkata berdusta, apabila berjanji mengingkari dan apabila dipercaya berkhianat (HR Bukhari dan Muslim)
padahal orang munafik balasannya sangat mengerikan "di bawah kerak api neraka" Dusta pun mengantarkan pelakunya kepada kejelekan "Sungguh kedustaan menunjukkan kepada kejelekan dan kejelekan mengantarkan kepada neraka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar