IBADAH DAN AMALAN YANG BERMANFAAT BAGI MAYIT
Oleh Mahmud Ghorib Asy-Syarbini
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, salawat serta salam
mudah-mudahan selalu tercurahkan kepada Rasulullah n, keluarganya dan
sahabatnya serta orang-orang yang diberi petunjuk dengan petunjuk-Nya.
Sesungguhnya manusia itu berdasarkan fitrahnya, telah dijadikan untuk
memberikan manfaat kepada orang-orang yang telah mati, khususnya setelah
mereka meninggal dunia secara langsung, dengan prasangkaan dan anggapan
bahwa amalan yang mereka kerjakan itu bisa memberikan manfaat kepada si
mayit ketika di dalam kuburan dan setelah ia dibangkitkan darinya.
Ketika kebutaan (kebodohan) terhadap agama menyebar di kalangan manusia,
menjadikan setiap orang melakukan berbagai amalan ibadah dan ketaatan
sekehendaknya, yang dia menganggap bahwa amalan-amalan tersebut bisa
memberikan manfaat kepada (si mayit) yang telah meninggal dunia.
Orang yang berbuat semacam itu lupa, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam telah bersabda, sebagaimana disebutkan di dalam (Shahih Bukhari
dan Shahih Muslim) dari hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ عَمَلٍ لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
"Setiap amalan yang padanya tidak ada urusan kami, maka amalan itu tertolak". [HR. Bukhari dan Muslim]
Maka seseorang tidak boleh menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan
mendekatkan diri kepadaNya, kecuali dengan apa-apa yang telah
disyari’atkan. Cukuplah pahala amalan yang disyari’atkan ini dihadiahkan
kepada orang-orang yang telah meninggal dunia. Jika suatu amalan tidak
disyari’atkan, maka amalan tersebut tertolak dan tidak diterima,
pelakunya tidak mendapatkan pahala bahkan ia mendapatkan dosa. Maka
bagaimana bisa memberikan pahala amalan yang tertolak! Bahkan anda
berhak bertanya: “(Apakah pantas diberikan) dosa amalan yang tertolak
ini (amalan bid’ah) untuk si mayit, yang dia muliakan, yang dia hendak
memberikan manfaat kepada si mayit setelah terputus segala amalannya?!”
Ada amalan-amalan yang bisa memberikan manfaat kepada mayit setelah
kematiannya, yang amalan itu bukan amalan orang lain, tetapi dari
perbuatannya sendiri semasa hidupnya di alam dunia. Maka mengalir
untuknya pahala dari amalan tersebut semasa hidupnya dan setelah
kematiannya.
Maka dengan hal-hal semacam itu, saya terdorong untuk menulis beberapa
kalimat dan menerangkan tentang ibadah-ibadah dan ketaatan-ketaatan yang
bisa memberikan manfaat kepada mayit setelah ia meninggal dunia. Baik
ibadah-ibadah atau ketaatan-ketaatan ini dari usaha mereka semasa hidup
di dunia, sebelum mereka meninggal dunia atau dari usaha orang lain
(yang dilakukan) agar bermanfaat untuk orang-orang yang telah mati.
Dengan harapan agar hal ini mengikuti “manhaj” (jalan) yang telah
ditetapkan oleh Allah, Yang Menguasai orang-orang yang masih hidup dan
yang telah mati. Dan terjauhkan dari setiap kebid’ahan dan khurafat.
Sebagai pendekatan diri kepada Allah Rabb pemilik langit dan bumi. Dan
memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar (amalan ini) diterima dan
dapat meninggikan derajat.
Sebelum wafatnya, manusia bisa melakukan sebagian amalan-amalan yang
pahalanya bisa terus mengalir setelah kematiannya. Selain itu, orang
yang masih hidup juga dapat memberikan manfaat kepada mayit dengan
amalan-amalan yang dikerjakan untuk ditujukan kepada si mayit setelah
kematiannya. Amalan-amalan yang bisa dilakukan sebelum kematian itu
memungkinkan dan mampu dilakukan. Jika sedikit saja dia mengerahkan
usaha, waktu atau harta, maka dia mampu untuk melakukannya. Sedangkan
amalan-amalan yang dilakukan oleh orang lain setelah kematiannya, maka
amalan-amalan itu tidak berada di tangannya, bisa jadi ada atau tidak
ada. Oleh sebab itu saya akan menyebutkan amalan-amalan yang berasal
dari usahanya, bukan usaha orang lain, agar semua manusia segera
mengamalkannya sebelum datang ajalnya, dengan harapan untuk memberikan
manfaat bagi dirinya sendiri, tidak menyandarkan dirinya kepada manfaat
dari orang lain setelah kematiannya.
Ibadah-ibadah dan ketaatan-ketaatan yang bermanfaat bagi orang yang telah mati, yang berasal dari usaha mereka sendiri:
1. Shadaqah jariyyah (Sedekah mengalir yang pahalanya sampai kepadanya).
2. Ilmu yang bermanfaat.
3. Anak shalih yang mendoakannya.
Disebutkan di dalam hadits shahih dari Abi Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ
إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ
صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
"Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali
dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak
shaleh yang mendoakannya". [HR. Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i]
Dan pada riwayat Ibnu Majah dari Abu Qatadah Radhiyallahu 'anhu, dia
berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ مَا يُخَلِّفُ الرَّجُلُ مِنْ بَعْدِهِ ثَلاَثٌ : وَلَدٌ صَالِحٌ
يَدْعُو لَهُ وَصَدَقَةٌ تَجْرِي يَبْلُغُهُ أَجْرُهَا وَعِلْمٌ يُعْمَلُ
بِهِ مِنْ بَعْدِهِ
"Sebaik-baik apa yang ditinggalkan oleh seseorang setelah kematiannya
adalah tiga perkara: anak shalih yang mendo’akannya, shadaqah mengalir
yang pahalanya sampai kepadanya, dan ilmu yang diamalkan orang setelah
(kematian) nya".
Dan disebutkan pada hadits yang lain riwayat Ibnu Majah dan Baihaqi dari
Abi Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dia berkata : Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda.
إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ
مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ
وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لاِبْنِ
السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ
مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
"Sesungguhnya di antara amalan dan kebaikan seorang mukmin yang akan
menemuinya setelah kematiannya adalah: ilmu yang diajarkan dan
disebarkannya, anak shalih yang ditinggalkannya, mush-haf yang
diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah untuk ibnu sabil yang
dibangunnya, sungai (air) yang dialirkannya untuk umum, atau shadaqah
yang dikeluarkannya dari hartanya diwaktu sehat dan semasa hidupnya,
semua ini akan menemuinya setelah dia meninggal dunia".
1. Shadaqah Jariyyah
Perngertian shadaqah jariyyah menurut Madzhab Empat ialah: Suatu
pemberian untuk mencari pahala dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ada pula
yang mengatakan: Memberikan shadaqah yang tidak wajib, dengan cara
menguasakan barang dengan tanpa ganti (gratis). Ada pula yang
mengatakan: Harta yang diberikan dengan mengharap pahala dari Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Ada pula yang mengatakan: Harta “wakaf”, sedangkan
pengertian wakaf itu sendiri yaitu: Apa-apa yang ditahan di jalan Allah
Subhanahu wa Ta'ala .
Dari pengertian-pengertian di atas jelas bahwa shadaqah jariyyah adalah
suatu ketaatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mencari wajah Allah,
sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, agar
orang-orang umum bisa memanfaatkannya sepanjang waktu tertentu, sehingga
pahalanya mengalir baginya sepanjang barang yang dishadaqahkan itu
masih ada.
Di antara contoh shadaqah jariyyah yang telah dilakukan di zaman Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam ialah : Kebun kurma yang dishadaqahkan
oleh Abu Thalhah (seorang sahabat Nabi) ketika turun firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala.
لَن تّنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ
"Dan tidaklah kamu bisa mendapatkan kebaikan sehingga kamu menginfakkan
(shadaqahkan) sebagian apa-apa yang kamu sukai". [Ali-Imran: 92]
Kebun yang dishadaqahkan oleh Bani An-Najjar kepada Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam dalam rangka untuk pembangunan masjid di waktu Nabi
datang di kota Madinah.
Sumur “ruumah” yang dibeli oleh sahabat Utsman Radhiyallahu 'anhu dan
beliau shadaqahkan pada waktu kaum muslimin kekurangan air.
Tanah/kebun yang dishadaqahkan oleh sahabat Umar Radhiyallahu 'anhu,
yang merupakan harta yang berharga baginya (yang dinamakan tsamgh),
beliau menshadaqahkan tanah tersebut, dengan syarat tidak boleh dijual,
diberikan atau diwariskan, akan tetapi buahnya (kebun/tanah itu),
dishadaqahkan untuk budak, orang-orang miskin, tamu, ibnu sabil (musafir
yang kehabisan bekal) serta karib kerabat Rasulullah.
Di antara hadits-hadits yang menyebutkan shadaqah jariyyah, adalah
hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Utsman bin ‘Affan
Radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Sesungguhnya aku telah mendangar
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ الهِّ بَنَى الهُب لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang membangun masjid untuk mencari wajah Allah Subhanahu
wa Ta'ala, niscaya Allah Subhanahu wa Ta'ala membangunkan untuknya
sebuah rumah di dalam surga".
Di dalam riwayat Imam Tirmidzi dari Anas bin Malik: (Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda):
مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا صَغِيرًا كَانَ أَوْ كَبِيرًا بَنَى الهُل لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
"Barangsiapa yang membangun masjid, kecil maupun besar, niscaya Allah
Subhanahu wa Ta'ala membangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga".
Pada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Jabir (Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda):
مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا وَلَوْ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ, بَنَى الهُْ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
"Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah Subhanahu wa Ta'ala
walaupun sebesar sarang burung atau lebih kecil darinya, niscaya Allah
akan membangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga".
2. Ilmu Bermanfaat
Sesungguhnya di antara yang bisa memberikan manfaat bagi maytit setelah
kematiannya adalah ilmu yang ia tinggalkan, untuk diamalkan atau
dimanfaatkan. Sama saja, apakah dia mengajarkan ilmu tersebut kepada
seseorang atau dia tinggalkan berupa buku yang orang-orang
mempelajarinya setelah kematiannya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam dari hadits Abu Hurairah:
إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ
"Sesungguhnya di antara amalan dan kebaikan seorang mukmin yang akan
menyusulnya setelah kematiannya adalah ilmu yang dia ajarkan dan
sebarkan".
Ibnu Majah meriwayatkan dari Muadz bin Anas dari ayahnya, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا فَلَهُ أَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهِ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الْعَامِلِ
"Barangsiapa mengajarkan suatu ilmu, maka dia mendapatkan pahala orang
yang mengamalkannya, tidak mengurangi dari pahala orang yang
mengamalkannya sedikitpun".
Al-Bazzar meriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu 'anha dia berkata : Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مُعَلِّمُ الْخَيْرِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ شَيْءٍ حَتَّى الْحِيْتَانُ فِي الْبَحْرِ
"Orang yang mengajarkan kebajikan dimintakan ampunan oleh segala sesuatu, sampai ikan-ikan yang ada di dalam lautan".
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ
تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ اْلإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
"Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk (kebajikan), maka dia
mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya,
hal itu tidak mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan
barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa seperti
dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi dosa-dosa
mereka sedikitpun".
3. Anak Shaleh Yang Mendoakan Orang Tuanya.
Anak itu termasuk usaha orang-tua, sehingga amalan-amalan sholeh yang
diamalkan si anak, juga akan menjadikan orang-tua mendapatkan pahala
amalan tersebut, tanpa mengurangi pahala anak tersebut sedikitpun.
Imam Turmudzi, Imam Nasai dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Aisyah
Radhiyallahu 'anha bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :
ِنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلْتُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ وَإِنَّ أَوْلاَدَكُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ
"Sesungguhnya sebaik-baik yang kamu makan adalah yang (kamu dapatkan)
dari usaha kamu, dan sesungguhnya anak-anakmu itu termasuk usaha kamu".
Hadits (di atas) mengkhususkan anak shaleh dan sudah ma’lum kedekatan
anak shaleh dari pada yang lainnya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala,
oleh karena itulah Nabi menyebutnya pada hadits itu. Di mana anak shaleh
itu selalu berdzikir dan selalu menjaga hubungan baik kepada kepada
Allah. Dan ia pun tidak lupa memanjatkan do’a untuk kedua orang tuanya
setelah mereka tiada. Selain itu bahwa anak shaleh yang membiasakan diri
di dalam mengerjakan amalan-amalan shaleh sewaktu kedua orang tuanya
hidup, yang dia mempelajari amalan-amalan shaleh itu dari keduanya, maka
kedua orang tuanya mendapatkan pahala dari amalan-amalan anaknya, tanpa
mengurangi pahala si anak tersebut.
Seorang bapak membutuhkan waktu yang panjang untuk membentuk anak yang
shaleh. Dia memulainya dengan memilih istri yang shalehah, supaya
menjadi ibu bagi anak shaleh tersebut. Kemudian mendidiknya dengan
pendidikan yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan syari’at. Dengan
ini dia menjadi anak yang shaleh, walaupun kedua orang tuanya sudah
wafat.
Perlu diketahui juga bahwa keshalihan oran-tua, bisa menjadi sarana
kebaikan anak, walaupun mereka telah meninggal dunia. Sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
وَكَانَ أَبُوْهُمَا صَالِحًا
"Dan dahulu kedua orang tuanya adalah orang yang shaleh". [Al-Kahfi: 82]
Umar bin Abdul Aziz, khalifah yang ke lima, pernah berkata:
مَا مِنْ مُؤْمِنٍ يَمُوْتُ إلاَّ حَفِظَهُ اللهُ فِي عُقْبِهِ وَعُقْبِ عُقْبِهِ
"Tidaklah seorang mukmin meninggal dunia kecuali Allah akan menjaga anaknya dan cucunya”.
Ibnul Munkadir berkata:
إِنَّ اللهَ لَيَحْفَظُ بِالرَّجُلِ الصَّالِحِ وَلَدَهُ وَوَلَدَ وَلَدِهِ
"Sesungguhnya Allah akan menjaga anak dan cucu seorang yang shalih”.
4. Bersiaga Di Jalan Allah.
Imam Muslim, Turmudzi dan An-Nasai meriwayatkan dari Salman Radhiyallahu
'anhu, dia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:
رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وَإِنْ
مَاتَ فِيْهِ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ
عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ
"Bersiaga (di jalan Allah) sehari semalam lebih baik daripada puasa dan
mendirikan sholat satu bulan, dan apabila (orang yang berjaga tersebut)
meninggal dunia maka amalan yang sedang dia kerjakan tersebut
(pahalanya terus) mengalir kepadanya, rizkinya terus disampaikan
kepadanya dan dia terjaga dari ujian (kubur)".
Abu Dawud dan Turmudzi meriwayatkan dari Fudhalah bin Ubaid Radhiyallahu
'anhu : bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
كُلُّ الْمَيِّتِ يُخْتَمُ عَلَى عَمَلِهِ إِلاَّ الْمُرَابِطَ فَإِنَّهُ
يُنْمَي لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَيُؤَمَّنُ مِنْ
فِتْنَةِ الْقَبْرِ
"Setiap orang yang meninggal dunia akan ditutup semua amalannya kecuali
orang-orang yang berjaga-jaga (di perbatasan musuh di jalan Allah),
karena pahala amalannya akan dikembangkan baginya sampai hari kiamat,
dan dia akan diselamatkan dari fitnah kubur".
Imam Nawawi rahimahullah berkata memberikan komentar terhadap hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: “Ini adalah keutamaan yang nyata
bagi orang yang berjaga di jalan Allah, dan pahala amalannya yang tetap
mengalir kepadanya setelah ia meninggal dunia. Ini merupakan keutamaan
yang khusus bagi orang yang berjaga tersebut, tidak ada seorangpun yang
ikut di dalamnya. Di dalam hadits lain (yakni riwayat Abu Dawud dan
Tirmidzi, sebagaimana di atas-red) yang tidak diriwayatkan oleh Muslim
dinyatakan dengan jelas:
كُلُّ الْمَيِّتِ يُخْتَمُ عَلَى عَمَلِهِ إِلاَّ الْمُرَابِطَ فَإِنَّهُ يُنْمَي لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
"Setiap orang yang meninggal dunia akan ditutup semua amalannya kecuali
orang yang berjaga, maka sesungguhnya amalannya terus dikembangkan
sampai hari Qiamat".
Dan sabda beliau:
وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ
"rizkinya terus disampaikan kepadanya".
Sesuai dengan Firman Allah Azza wa Jalla yang berbunyi.
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
"Dan janganlah kamu menganggap orang-orang yang terbunuh di jalan Allah
itu mati, akan tetapi ia hidup di sisi Tuhannya dengan diberi rizki".
[Ali-‘Imran: 169]
5. Barangsiapa Yang Menggali Kubur Untuk Mengubur Seorang Muslim.
Dari Abu Rafi’ Radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ غَسَّلَ مَيِّتًا فَكَتَمَ عَلَيْهِ غُفِرَ لَهُ أَرْبَعِيْنَ
مَرَّةً, وَ مَنْ كَفَّنَ مَيِّتًا كَسَاهُ اللهُ مِنَ السُّنْدُسِ وَ
إِسْتَبْرَقِ الْجَنَّةِ وَمَنْ حَفَرَ لَمَيِّتٍ قَبْرًا فَأَجَنَّهُ
فِيْهِ أُجْرِيَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ كَأَجْرِ مَسْكَنٍ أَسْكَنَهُ إِلَيَ
يَوْمِ الْقِيَامَةِ
"Barang siapa yang memandikan jenazah/ mayit dan ia menyembunyikan cacat
jenazah tersebut, niscaya dosanya diampuni sebanyak 40 dosa. Dan barang
siapa yang mengkafani jenazah/ mayit, niscaya Allah akan memakaikan
kepadanya kain sutra yang halus dan tebal dari sorga. Dan barang siapa
yang menggali kuburan untuk jenazah/ mayit, dan dia memasukkannya ke
dalam kuburan tersebut, maka dia akan diberi pahala seperti pahala
membuatkan rumah, yang jenazah/ mayit itu dia tempatkan (di dalamnya)
sampai hari kiamat". [HR. Al-Baihaqi dan Al-Hakim. Al-Hakim berkata:
“Hadits ini shahih sesuai syarat Muslim”, dan Imam Ad-Dzahabi
menyetujuinya].
Pada hadits riwayat At-Thabrani dari Abi Rafi’, dia berkata: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ غَسَّلَ مَيِّتًا فَكَتَمَ عَلَيْهِ غَفَرَ اللهُ لَهُ أَرْبَعِيْنَ
كَبِيْرَةٍ, وَ مَنْ حَفَرَ لأَخِيْهِ قَبْرًا حَتَّى يُجِنَّهُ
فَكَأَنَّمَا أَسْكَنَهُ سَكَنًا حَتَّى يُبْعَثُ
"Barang siapa yang memandikan jenazah dan dia menyembunyikan cacat
jenazah tersebut, niscaya Allah mengampuni 40 dosa besar yang ada
padanya. Dan barang siapa yang membuat lobang kuburan untuk saudaranya,
sampai ia memasukkannya kedalam kuburan itu maka seakan-akan ia
membuatkan rumah baginya sampai ia dibangkitkan". [Al-Haitsami berkata :
“Diriwayatkan oleh At-Tabrani di dalam kitab (Al Kabir) dan para
perawinya, adalah para perawi Shahih (Bukhari]".
6. Apabila Manusia, Hewan Atau Burung Memakan Tanaman Milik Mayit.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir Radhiyallahu 'anhu, dia berkata :
دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أُمِّ مَعْبَدٍ
حَائِطًا فَقَالَ يَا أُمَّ مَعْبَدٍ مَنْ غَرَسَ هَذَا النَّخْلَ أَ
مُسْلِمٌ أَمْ كَافِرٌ فَقَالَتْ بَلْ مُسْلِمٌ قَالَ فَلاَ يَغْرِسُ
الْمُسْلِمُ غَرْسًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَلاَ دَابَّةٌ وَلاَ
طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
"Nabi memasuki kebun Ummu Ma’bad, kemudian beliau bersabda: “Wahai Ummu
Ma’bad, siapakah yang menanam kurma ini, seorang muslim atau seorang
kafir?.” Ummu Ma’bad berkata: “Bahkan seorang muslim”. Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman
lalu dimakan oleh manusia, hewan atau burung kecuali hal itu merupakan
shadaqah untuknya sampai hari kiamat".
Pada riwayat ( Imam Muslim) yang lain:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ
صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ
فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ
وَلاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ
"Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kecuali apa yang dimakan dari
tanaman tersebut merupakan shadaqahnya (orang yang menanam). Dan apa
yang dicuri dari tananman tersebut merupakan shadaqahnya. Dan apa yang
dimakan oleh binatang buas dari tanaman tersebut merupakan shadaqahnya.
Dan apa yang dimakan oleh seekor burung dari tanaman tersebut merupakan
shadaqahnya. Dan tidaklah dikurangi atau diambil oleh seseorang dari
tanaman tersebut kecuali merupakan shadaqahnya".
Imam Nawawi rahimahullah berkata mengomentari hadits di atas: “Di dalam
hadits ini menunjukkan keutamaan menanam dan mengolah tanah, dan bahwa
pahala orang yang menanam tanaman itu mengalir terus selagi yang ditanam
atau yang berasal darinya itu masih ada sampai hari kiamat”.
Hal ini berbeda dengan shadaqah jariyyah, yaitu bahwa tanaman itu tidak
dimaksudkan (diniatkan) sebagai shadaqah jariyyah, akan tetapi tanaman
yang dimakan dari tanaman tersebut (menjadi shadaqah jariyah) tanpa
keinginan dari pemiliknya atau ahli warisnya.
7. Apabila Seseorang Melakukan Sunnah (Jalan/Cara/Metode/Kebiasaan) Yang Baik Sebelum Meninggal Dunia.
Apabila seorang muslim mendapatkan pahala dari suatu amalan yang dia
amalkan, maka orang yang telah mengajarinya amalan tersebut juga
mendapatkan pahala yang serupa, dengan tanpa mengurangi pahala orang
yang mengamalkan sedikitpun. Dan bagi guru pertamanya, yaitu
Al-Mush-thafa (Muhammad) Shallallahu 'alaihi wa sallam mendapatkan
seluruh pahala tersebut.
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abu Juhaifah Radhiyallahu 'anhu bahwasannya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
"Barang siapa yang melakukan sunnah (jalan/cara/metode/kebiasaan) yang
baik, kemudian diamalkan (oleh orang-orang lain) setelahnya, maka dia
mendapatkan pahala hal tersebut dan seperti pahala mereka (orang-orang
yang mengikuti), dengan tidak mengurangi sedikitpun dari pahala mereka.
Dan barang siapa melakukan sunnah (jalan/cara/metode/kebiasaan) yang
jelek, kemudian diamalkan (oleh orang-orang lain) setelahnya, maka dia
mendapatkan dosa hal tersebut dan seperti dosa mereka (orang-orang
yang mengikuti), dengan tidak mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa
mereka".
Imam Bukhari dan Imam Muslim juga meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
"Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak Adam
yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah orang
yang pertama kali melakukan sunnah (jalan/cara/metode/kebiasaan)
pembunuhan."
Dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al-Anshori
Radhiyallahu 'anhu, dia berkata Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
"Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya".
Dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ
تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
"Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala
sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak mengurangi
pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada
kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa orang-orang yang
mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun"
Imam Nawawi berkata: “Dua hadits ini nyata menganjuran disukainya
melakukan sunnah perkara-perkara yang baik dan larangan melakukan sunnah
perkara-perkara yang buruk. Dan bahwa orang yang melakukan sunnah yang
baik, dia akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang-orang yang
melakukan perbuatannya sampai hari kiamat. Dan barangsiapa melakukan
sunnah yang buruk, dia akan mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang melakukan perbuatannya sampai hari kiamat. Dan
bahwasannya orang yang menyeru kepada petunjuk, ia akan mendapatkan
pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya. Dan begitu juga
orang yang menyeru kepada kesesatan, dia akan mendapatkan dosa seperti
dosa orang-orang yang mengikutinya. Sama saja, apakah petunjuk
(kebaikan) atau kesesatan (kejelekan) tersebut dia sendiri yang
melakukan pertama kali atau sudah ada yang melakukannya sebelumnya. Dan
sama saja, apakah hal itu berbentuk: mengajarkan ilmu, ibadah,
sopan-santun atau lainnya. Dan sabda Nabi n :
فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ
"Kemudian diamalkan (oleh orang-orang lain) setelahnya".
artinya bahwa ia telah melakukan sunnah tersebut, kemudian sama saja
apakah amalan itu diamalkan semasa ia hidup atau setelah ia meninggal.
Wallahu A’lam.
(Diterjemahkan oleh Mahrus, dari Majalah At-Tauhid, hal:46 - 49, No : 2 Shafar 1421H)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun V/1421H/20021.
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi
Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog BULETIN THOLABUL ILMI
-
- ▼ Agustus (11)
- ▼ Agu 24 (9)
- NABI YANG SEBENARNYA DAN NABI PALSU
- PENYELEWENGAN TERHADAP AYAT : (INGATLAH) SUATU HAR...
- SEPAK TERJANG SYI'AH DI INDONESIA
- MENELUSURI AKAR PEMIKIRAN KAUM LIBERAL
- IMAN KEPADA NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WA SA...
- MUNCULNYA IMAM MAHDI
- TANDA-TANDA KIAMAT
- IMAN KEPADA NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WA SA...
- PENGAKUAN HAIDAR BAGIR TENTANG SESATNYA SYIAH
- ▼ Agu 24 (9)
- ▼ Mei (9)
- ▼ Mei 10 (9)
- TAHLILAN (SELAMATAN KEMATIAN ) ADALAH BID’AH MUNKA...
- SAKARATUL MAUT, DETIK-DETIK YANG MENEGANGKAN LAGI ...
- AL-HADAAD (BERKABUNG)
- IBADAH DAN AMALAN YANG BERMANFAAT BAGI MAYIT
- POHON DI KUBURAN MERINGANKAN SIKSA?[1]
- HAL-HAL YANG MENAKUTKAN DI ALAM KUBUR
- DERITA SESUDAH MATI
- SEBUAH RENUNGAN TERHADAP KEMATIAN
- MENGINGAT MAUT, KEMATIAN PASTI DATANG
- ▼ Mei 10 (9)
- ▼ Maret (31)
- ▼ Mar 01 (31)
- Keutamaan Dan Kemuliaan Do'a
- PENGHALANG-PENGHALANG DO'A
- ORANG YANG DIKABULKAN DO'ANYA
- WAKTU-WAKTU YANG MUSTAJAB
- BERDO’A KEPADA SELAIN ALLAH
- MEMOHON KEPADA ALLAH DENGAN KEDUDUKAN PARA NABI AT...
- BURUK SANGKA KEPADA ALLAH
- MEMBACA ISTIGHFAR UNTUK ORANG KAFIR
- MENGGANTUNGKAN DO’A DENGAN KEHENDAK
- MENINGGALKAN DOA
- BERLEBIHAN DALAM BERDO’A
- Fatwa ulama
- Fatwa ulama
- DOAKANLAH, WAHAI RASULULLAH, UNTUK KESEMBUHANNKU, ...
- PENJELASAN BAHWA YANG DISYARI'ATKAN DALAM MENGHITU...
- DO’A IBU JURAIJ
- TAUBATNYA ORANG YANG BANYAK BERBUAT MAKSIAT
- SEORANG PENYANYI YANG BERTAUBAT DITANGAN IBNU MAS’...
- AKU BERTAUBAT KEMUDIAN AKU KEMBALI KEPADA KEMAKSIA...
- KAPAN WAKTU BERDOA?
- DEFINISI TASBIH, NAMA-NAMA TASBIH, BAHAN DASAR PEM...
- KELEMAHAN HADITS-HADITS TENTANG MENGUSAP MUKA DENG...
- PAGI HARI : ANTARA TIDUR DAN DZIKIR
- SALAH FAHAM TERHADAP DO'A NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI...
- BAIK DAN HALAL ADALAH SYARAT DITERIMANYA DOA
- SEGERALAH BERTAUBAT KEPADA ALLAH!
- KEWAJIBAN BERTAUBAT KEPADA ALLAH DAN TUNDUK MEREND...
- TAUBAT NASHUHA
- KEUTAMAAN DAN BENTUK MAJLIS DZIKIR
- DZIKIR KUNCI KEBAIKAN
- TIDAK MELAMPAUI BATAS DALAM BERDO'A
- ▼ Mar 01 (31)
- ▼ Februari (27)
- ▼ Feb 08 (27)
- AKHLAK SALAF, AKHLAK MUKMININ DAN MUKMINAT
- AKHLAK SALAF CERMINAN AKHLAK AL-QURAN DAN AS-SUNNA...
- ADAB-ADAB IKHTILAF
- MACAM-MACAM IKHTILAF ke.2
- MACAM-MACAM IKHTILAF ke.1
- FIKIH IKHTILAF [MEMAHAMI PERSELISIHAN PENDAPAT MEN...
- ETIKA BERBEDA PENDAPAT
- HUKUM MENCARI-CARI RUKHSAH PARA FUQAHA' DAN MENGGA...
- HUKUM MENCARI-CARI RUKHSAH PARA FUQAHA' KETIKA TER...
- TIDAK ADA YANG PERLU DIBINGUNGKAN DALAM MENGHADAPI...
- SIKAP SEORANG MUSLIM TERHADAP PERBEDAAAN MADZHAB
- BILAKAH DIAKUINYA PERBEDAAN PENDAPAT
- TIDAK BOLEH BAGI PARA PENUNTUT ILMU SALING MENJELE...
- BAGAIMANAKAH SIKAP KITA TERHADAP PERSELISIHAN YANG...
- DHOWABITH [BATASAN-BATASAN] PERSELSIIHAN YANG DIPE...
- BAGAIMANAKAH SALAF DALAM MENJAGA NIAT MEREKA SERTA...
- HARAP DAN TAKUT BUAH KEIKHLASAN
- MENJAGA KEBAIKAN
- CONTOH KHILAF (PERBEDAAN PENDAPAT) DI ANTARA PARA ...
- Kembalinya Pemberi Fatwa Kepada Yang Benar, Pemint...
- SIAPAKAH YANG LAYAK DIBERI AMANAH?
- PERHATIAN SYAIKH AL-ALBANI TERHADAP MASALAH REMAJA...
- PERINTAH BERLAKU JUJUR DAN LARANGAN BERBUAT DUSTA
- JALAN MENUJU KEMULIAN AKHLAQ
- PENTINGNYA KEJUJURAN DEMI TEGAKNYA DUNIA DAN AGAMA...
- MARAH YANG TERPUJI
- KUNCI SUKSES BERMU'AMALAH
- ▼ Feb 08 (27)
- ▼ Januari (121)
- ▼ Jan 02 (82)
- Syarah Adabul Mufrad jilid 1 (dari 2)
- Subulus Sallam
- Sirah Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi Wa Salam
- Silsilah Hadits Shahih
- Sifat Shalat Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam
- Sifat Perniagaan Nabi
- Hanya Untukmu Anakku
- Shahih Thibbun Nabawi
- Shahih tafsir ibnu katsir juz amma
- Shahih Fiqih Sunnah 1-5
- Shahih Fadhail A'mal 1-2
- SHAHIH DAN DHAIF KITAB AL-ADZKAR KUMPULAN DOA DAN ...
- Shahih Asbabun Nuzul
- Sedekah Menolak Bala
- Seakan ini Shalat pertamaku
- Salah Kaprah Dalam Beragama
- Ruh Seorang Mukmin Tergantung pada Utangnya?
- Risalah Nikah
- Rintangan Setelah Kematian
- Riba dan Tinjauan Praktis Perbankan Syariah
- Rasulullah Berkisah tentang Surga dan Neraka
- Rahasia Doa Mustajab
- Politik Islam
- Pesona SURGA
- Pengantar Ilmu Tafsir
- Panduan Memilih Pemimpin dan Wakil Rakyat
- Panduan Lengkap Shalat Tahajjud
- Murnikan Tauhid Jauhkan Syirik
- Merekalah Golongan yang Selamat
- Meraih Berkah dengan Shalat Berjamaah
- Menjemput Taubat Sebelum Terlambat
- Menjawab Ayat dan Hadits Kontroversi
- Menjadi Istri Paling Bahagia
- Menimbang Ajaran Syi'ah
- Memetik Hikmah dari Telaga Sunnah 1-3
- Membongkar Praktik Sihir dan Perdukunan
- Memandikan dan Mengkafani
- Meluruskan Sejarah Menguak Tabir Fitnah
- Manhaj Aqidah Imam Asy-Syafii
- Manajemen Umur
- Malapetaka Akhir Zaman
- Mahkota Pengantin
- Kumpulan Shalat Sunnah dan Keutamaannya
- Kisah Shahih Para Nabi
- Kesalahan Seputar Ibadah
- Jangan Salah Mendidik Buah Hati
- Jalan Menuju Surga yang Didambakan
- Jadilah Salafi Sejati
- Islam Menjawab Tuduhan
- Jangan Takut Menatap Masa Depan
- Ibu Ajari Aku Shalat
- HARI KIAMAT SUDAH DEKAT
- Hal-hal yang Wajib Diketahui Setiap Muslim
- Hadits-Hadits Lemah dan Palsu dalam Ibadah
- Hadits Shahih yang Disalahpahami
- Hadits Lemah & Palsu Dalam Kitab Durratun Nashihin...
- Fiqih Sunnah Wanita
- Fiqih Dakwah Ummahatul Mukminin
- Fikih Asma’ul Husna
- Fatwa-Fatwa Wanita dan Keluarga
- Fatwa-Fatwa Terkini jilid 1 s/d 3
- FATWA-FATWA TENTANG WANITA
- Fatwa-Fatwa Jual Beli
- Fatwa Ibnu Taimiyah
- Fathul Majid
- Fadhilah Shalawat kepada nabi Shallallaahu 'Alaihi...
- Ensiklopedia Bid'ah
- ENSIKLOPEDI SHALAT
- Ensiklopedi Islam Al-Kamil
- ENSIKLOPEDI FIQIH PRAKTIS
- Ensiklopedi Anak
- Ensiklopedi Amalan Muslim
- Ensiklopedi Adab Islam
- Dzikir Pagi Petang dan Sesudah Shalat Fardhu
- Doa dan wirid
- Dahsyatnya Neraka
- Cinta Buta
- Cara Mudah Mencari Rizki
- Bulughul Maram
- Buku Induk Akidah Islam (Syarah Aqidah Wasithiyah
- Buku Induk Akidah Islam
- Bingkisan Terindah untuk Ayah Bunda
- ▼ Jan 01 (39)
- Berhujjah Dengan Hadits Ahad
- Bencana Ilmu
- Beginilah Islam Melindungi Wanita
- Beginilah Cara Mengamalkan al-Quran
- Begini Seharusnya Mendidik Anak (HC)
- Bangga dengan Jenggot
- Balasan Sesuai dengan Perbuatan
- Bahaya Penyakit Waswas dan Solusinya
- Bagaimana Menghadapi Musibah?
- Bagaimana Bila Penguasa Zhalim?
- Kitab Al-Wajiz
- Al-Masaa'il Set
- Al-Lu-lu wal Marjan
- Al-Kaba’ir
- Al-Bidayah wa Nihayah (Masa Khulafaur Rasyidin)
- AL HABIB
- Al Adzkar
- 99 Kisah Orang Shalih
- Agar Suami Disayang Istr
- Agar Istri Disayang Suami
- Agar Anda Dicintai Nabi
- Adil Terhadap Para Istri
- Adakah Siksa Kubur
- Ada Apa Setelah Mati?
- Ada Apa dengan Wahabi
- Ad-daa' Wad Dawaa'
- 76 Dosa Besar yang Dianggap Biasa
- 70 Kekeliruan Wanita
- 60 Biografi Ulama Salaf
- 47 Keutamaan Shalat Tahajud
- 40 Manfaat Shalat Berjamaah
- 10 Sahabat Nabi Dijamin SURGA
- 33 Kesalahan Khatib Jum'at
- 297 Larangan dalam Islam
- 20 Dosa Besar Wanita
- 221 Kesalahan Dalam Shalat Beserta Koreksinya
- 100 Keistimewaan Rasulullah Dan Umatnya di Sisi Al...
- 1 Jam Belajar Mengurus Jenazah
- Syarah Arba'in An-Nawawi
- ▼ Jan 02 (82)
- ▼ Agustus (11)
- ▼ 2011 (154)
- ▼ Desember (15)
- ▼ Des 04 (15)
- MENYAMBUNG SILATURAHMI MESKIPUN KARIB KERABAT BERL...
- TIDAK TAKUT CELAAN PARA PENCELA DALAM BERDAKWAH DI...
- TIDAK ADA KESULITAN DALAM ISLAM
- MEMILIH YANG DIYAKINI DAN MENINGGALKAN KERAGUAN
- EMPAT ORANG YANG DILAKNAT NABI
- BANGUNAN ISLAM (SYARAH RUKUN ISLAM)2
- BANGUNAN ISLAM (SYARAH RUKUN ISLAM)
- GHARQAD, POHON YAHUDI?
- SYARAH HADITS JIBRIL TENTANG ISLAM, IMAN DAN IHSAN...
- SYARAH HADITS JIBRIL TENTANG ISLAM, IMAN DAN IHSAN...
- JANGAN MENCELA SAHABAT RASULULLAH!
- Wasiat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Kep...
- Wasiat Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam kepada Ib...
- Berpegang Teguh dengan Sunnah.Bagaikan Menggengam ...
- BIRRUL WALIDAIN (Berbakti Kepada Kedua Orang Tua)
- ▼ Des 04 (15)
- ▼ November (37)
- ▼ Nov 27 (37)
- AYAH MEMAKSA PUTRANYA MENIKAH
- ANAK PEREMPUAN JANGAN DIPAKSA ATAS PERNIKAHAN YANG...
- HUKUM ASALNYA ADALAH POLIGAMI
- Poligami Itu Sunnah Dan Tafsir Ayat Poligami
- Wanita Tidak Boleh Menikahkan Diri Sendiri, Wanita...
- Menjalin Hubungan Sebelum Menikah, Obrolan Wanita ...
- Nikah Mut’ah, Dalil-Dalil Yang Mengharamkannya, Pe...
- TIDAK ADA KONTRADIKSI DI DALAM AYAT POLIGAMI
- HUKUM MENYANDINGKAN KEDUA MEMPELAI DI HADAPAN KAUM...
- MENIKAH DENGAN NIAT TALAK
- MAHAR BERLEBIH-LEBIHAN
- SIAPAKAH ORANG-ORANG YANG KUFU' (SAMA DAN SEDERAJA...
- NASEHAT BAGI WANITA YANG TERLAMBAT NIKAH
- TABDZIR DAN BERLEBIH-LEBIHAN DALAM PESTA PERNIKAHA...
- WANITA-WANITA YANG DILARANG DINIKAHI
- NABI MEMAKRUHKAN SEORANG SUAMI MEMANGGIL ISTERINYA...
- Apakah Poligami Itu Dianjurkan ?
- MENYELESAIKAN PERSELISIHAN ANTARA ISTERI-ISTERI
- TIDAK ADA KEWAJIBAN BAGI SEORANG SUAMI UNTUK MENYA...
- KEWAJIBAN MENYAMARATAKAN (SECARA ADIL) SEMUA ISTER...
- SESEORANG DILARANG MEMINANG PINANGAN SAUDARANYA
- PERNIKAHAN ADALAH FITRAH BAGI MANUSIA
- PERNIKAHAN YANG DILARANG DALAM SYARI'AT ISLAM
- DIHARAMKAN MENGGAULI ISTERI YANG SEDANG HAIDH
- TATA CARA PERNIKAHAN DALAM ISLAM : KHITBAH (PEMINA...
- TATA CARA PERNIKAHAN DALAM ISLAM : AQAD NIKAH
- Anjuran Untuk Menikah : Nikah Adalah Sunnah Para R...
- Anjuran Untuk Menikah : Menikah Dapat Mengembalika...
- Anjuran Untuk Menikah : Sebagian Ucapan Para Sahab...
- PERMASALAHAN : ORANG YANG MENIKAH DENGAN NIAT AKAN...
- MENEPIS KEKELIRUAN PANDANGAN TERHADAP POLIGAMI
- KEINDAHAN POLIGAMI DALAM ISLAM
- SYARAT- SYARAT DAN ADAB POLIGAMI
- SYARAT DAN ADAB POLIGAMI
- NIKAH DENGAN ORANG KAFIR
- NIKAH MUT'AH (KAWIN KONTRAK)
- KEMUNGKARAN-KEMUNGKARAN DALAM PERNIKAHAN
- ▼ Nov 27 (37)
- ▼ Oktober (56)
- ▼ Okt 17 (11)
- MENZIARAHI KOTA MADINAH AL-MUNAWARAH*
- U M R A H
- HAL-HAL YANG MEMBATALKAN HAJI•
- HAL-HAL YANG TERLARANG KETIKA IHRAM
- RUKUN-RUKUN HAJI
- SUNAH-SUNAH HAJI
- AMBILLAH MANASIK HAJIMU DARIKU (SIFAT HAJI NABI SH...
- MIQAT (WAKTU ATAU TEMPAT YANG DITENTUKAN)
- HAJI ANAK KECIL DAN BUDAK
- KEUTAMAAN HAJI DAN UMRAH
- TUDUH DAN MENUDUH PAHAM DAN BELUM PAHAM TAPI MENUD...
- ▼ Okt 12 (22)
- PENJELASAN BAHWA AL-QUR'AN LEBIH MEMBUTUHKAN AS-SU...
- PENJELASAN BAHWA AS-SUNNAH MERUPAKAN KETERANGAN AL...
- ORANG YANG BERFATWA HARUS MENGETAHUI ATSAR
- SETELAH ADA HADITS SHAHIH, TIDAK BOLEH MENGATAKAN ...
- PENGERTIAN SUNNAH
- NAMA-NAMA DAN SIFAT AHLUS SUNNAH
- SUNNAH ADALAH KENIKMATAN
- KEDUDUKAN SUNNAH
- PERNYATAAN PARA IMAM UNTUK MENGIKUTI SUNNAH DAN ME...
- PERNYATAAN PARA IMAM UNTUK MENGIKUTI SUNNAH DAN ME...
- PERNYATAAN PARA IMAM UNTUK MENGIKUTI SUNNAH DAN ME...
- PERNYATAAN PARA IMAM UNTUK MENGIKUTI SUNNAH DAN ME...
- SEDIKIT DAN SESUAI SUNNAH LEBIH BAIK DARIPADA BANY...
- Salah Paham Dan Jawabannya ke-3 dari 3
- Salah Paham Dan Jawabannya ke-2 dari 3
- SALAH PAHAM DAN JAWABANNYA
- KEDUDUKAN ORANG YANG MENGAMALKAN SUNNAH DAN PELAKU...
- KETERASINGAN SUNNAH DAN AHLU SUNNAH DI TENGAH MARA...
- SUNNAH, JUGA MERUPAKAN WAHYU
- SUNNAH, SUMBER AGAMA
- SUNNAH, ANTARA MUSUH DAN PEMBELANYA
- MENGAGUNGKAN SUNNAH
- ▼ Okt 07 (22)
- PENGERTIAN BID’AH MENURUT SYARI’AT
- PENGERTIAN BID’AH MENURUT SYARI’AT
- PENGERTIAN BID’AH MENURUT SYARI’AT
- KOMPARASI MAKNA BID’AH SECARA LUGHAWI DAN SYAR’I
- HUKUM UPACARA PERINGATAN MALAM NISFI SYA'BAN
- HUBUNGAN ANTARA IBTIDA’ DENGAN IHDAATS
- PENGERTIAN BID'AH MACAM-MACAM BID'AH DAN HUKUM-HUK...
- LATAR BELAKANG YANG MENYEBABKAN MUNCULNYA BID'AH
- SIKAP TERHADAP PELAKU BID’AH DAN MANHAJ AHLUS SUNN...
- BEBERAPA CONTOH BID’AH MASA KINI, Bagian Pertama d...
- BEBERAPA CONTOH BID’AH MASA KINI
- PENGERTIAN BID’AH DALAM SEGI BAHASA[1]
- HUKUM MERAYAKAN HARI KELAHIRAN NABI DI MASJID
- HUBUNGAN ANTARA BID’AH DENGAN SUNNAH
- HUKUM MENZIARAHI KUBURAN GURU TAREKAT SUFI DAN MEM...
- HUBUNGAN ANTARA BID’AH DENGAN MAKSIAT
- HUBUNGAN ANTARA BID’AH DENGAN MAKSIAT
- HUBUNGAN BID’AH DAN MASLAHAT MURSALAH
- HUKUM MERAYAKAN MALAM ISRA' MI'RAJ
- HUKUM MENYIAPKAN MAKANAN PADA TANGGAL DUA PULUH TU...
- Pembahasan Seputar Bid'ah,TASBEH
- Bembahasan Seputar Bid'ah,SIAPA YANG MEMBEDAKAN BE...
- ▼ Okt 17 (11)
- ▼ September (24)
- ▼ Sep 23 (13)
- WAJIB MENGENAL BID’AH DAN MEMPERINGATKANNYA
- Cara Ahlul Bid'ah Beragumentasi # 2
- CARA AHLUL BID’AH BERARGUMENTASI # 1
- ANTARA BID’AH DAN AHLU BID’AH
- SEBAB-SEBAB BID’AH
- SETIAP KESESATAN DI NERAKA
- BID’AH DAN NIAT BAIK
- ANTARA ADAT DAN IBADAH
- AKHIR KESUDAHAN AHLI BID’AH
- PERINGATAN MAULID NABI SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALL...
- BID’AH-BID’AH SEPUTAR QIRA’AH (BACAAN AL-QUR’AN)
- Mengurai Benang Merah Antara Ahlul Bid'ah Dengan Y...
- SEPUTAR BID’AH SHALAT TARAWIH
- ▼ Sep 23 (13)
- ▼ Agustus (7)
- ▼ Agu 11 (7)
- Bahaya Menolak Hadits Ahad sebagai Hujjah dalam Aq...
- Manhaj Salaf – Jalan Tepat Dalam Memahami Islam
- Salaf, Sebaik-baiknya Generasi Ummat Ini
- Kenapa kita harus mengikuti AS SALAF ?
- Rambu-rambu Dalam Beragama Agar Tidak Menyimpang
- Hakikat Sombong adalah Menolak Kebenaran dan Merem...
- Janganlah Menjauhkan Diri Dari Sunnah
- ▼ Agu 11 (7)
- ▼ April (9)
- ▼ Apr 01 (9)
- BANTAHAN TERHADAP SITUS DAN BLOG PENENTANG MANHAJ ...
- BANTAHAN TERHADAP SITUS DAN BLOG PENENTANG MANHAJ ...
- BANTAHAN TERHADAP SITUS DAN BLOG PENENTANG MANHAJ ...
- BANTAHAN TERHADAP SITUS DAN BLOG PENENTANG MANHAJ ...
- BANTAHAN TERHADAP SITUS DAN BLOG PENENTANG MANHAJ ...
- BANTAHAN TERHADAP SITUS DAN BLOG PENENTANG MANHAJ ...
- BANTAHAN TERHADAP SITUS DAN BLOG PENENTANG MANHAJ ...
- Jaring-jaring Setan itu Bernama Ghuluw
- Menyikapi Perbedaan Pendapat
- ▼ Apr 01 (9)
- ▼ Desember (15)
- ▼ 2010 (90)
- ▼ September (49)
- ▼ Sep 26 (9)
- Apakah Tanggung Jawab Sebuah Keluarga Islam ?
- Muslimah Waspadalah...! akan Racun-Racun Hati
- Muslimah Menjunjung Panji Islam,Pahala Kaum Hawa d...
- Kiat Bergaul,Menjauhi Adu Domba dan bagaimana Mewa...
- Kaum Wanita, Sebelum dan Sesudah Islam,
- IKTILAT.dan KALIAN MESTI JAUHI !
- Ada Apa Dibalik Pernikahan ?seperti apakah istri i...
- 10 Nasehat Untuk Wanita
- Di Antara Berjuta Cinta
- ▼ Sep 15 (8)
- Mereka Bertanya Tentang Manhaj Salaf 8
- Mereka Bertanya Tentang Manhaj Salaf 7
- Mereka Bertanya Tentang Manhaj Salaf 6
- Mereka Bertanya Tentang Manhaj Salaf 5
- Mereka Bertanya Tentang Manhaj Salaf 4
- Mereka Bertanya Tentang Manhaj Salaf 3
- Mereka Bertanya Tentang Manhaj Salaf 2
- Mereka Bertanya Tentang Manhaj Salaf 1
- ▼ Sep 01 (8)
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 5)
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 4)
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 3)
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 2)
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 1)
- Hukum Shalat 'Ied
- Mendulang Sunnah Nabi pada Hari Raya 'Iedul Fitri
- Seputar Lailatul Qadar (Beberapa Kekeliruan Kaum M...
- ▼ Sep 26 (9)
- ▼ Agustus (39)
- ▼ Agu 28 (10)
- Sifat Puasa Nabi (bag 21) - Sholat Tarawih
- Sifat Puasa Nabi (bag 20) - I'tikaf
- Sifat Puasa Nabi (bag 17) - Kafarat
- Sifat Puasa Nabi (bag 19) - Malam Lailatul Qadar
- Sifat Puasa Nabi (bag 18) - Fidyah
- Sifat Puasa Nabi (bag 16) - Qadha
- Sifat Puasa Nabi (bag 15) - Pembatal-Pembatal Puas...
- Sifat Puasa Nabi (bag 14) - Berbuka Puasa
- Sifat Puasa Nabi (bag 13) - Allah Menginginkan Kem...
- Sifat Puasa Nabi (bag 12) - Hal-Hal Yang Boleh Dil...
- ▼ Agu 24 (10)
- Sifat Puasa Nabi (bag 11) - Hal-Hal Yang Wajib Dit...
- Sifat Puasa Nabi (bag 10) - Sahur
- Sifat Puasa Nabi (bag 9) - Waktu Puasa
- Sifat Puasa Nabi (bag 8) - Niat
- Sifat Puasa Nabi (bag 5) - Ancaman Bagi Yang Memba...
- Sifat Puasa Nabi (bag 4) - Targhib Puasa Ramadhan
- Sifat Puasa Nabi (bag 3) - Wajibnya Puasa Ramadhan...
- Sifat Puasa Nabi (bag 2) - Keutamaan Bulan Ramadha...
- Sifat Puasa Nabi (bag 1) - Keutamaan Puasa
- BELAJAR MAKNA RAMADHAN (bagian.1)
- ▼ Agu 28 (10)
- ▼ September (49)
- Makna Dan Hukum Zakat Secara Umum
- HUKUM ZAKAT (2) Faedah-faedahnya dan Harta yang Wa...
- HUKUM ZAKAT (1) Faedah-faedahnya dan Harta yang Wa...
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 5)
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 4)
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 3)
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 2)
- Berhari Raya Bersama Salafus Shalih (bag 1)
- Hukum Shalat 'Ied
- Mendulang Sunnah Nabi pada Hari Raya 'Iedul Fitri
- Seputar Lailatul Qadar (Beberapa Kekeliruan Kaum M...
- ▼ 8 (39)
- Sifat Puasa Nabi (bag 21) - Sholat Tarawih
- Sifat Puasa Nabi (bag 20) - I'tikaf
- Sifat Puasa Nabi (bag 17) - Kafarat
- Sifat Puasa Nabi (bag 19) - Malam Lailatul Qadar
- Sifat Puasa Nabi (bag 18) - Fidyah
- Sifat Puasa Nabi (bag 16) - Qadha
- Sifat Puasa Nabi (bag 15) - Pembatal-Pembatal Puas...
- Sifat Puasa Nabi (bag 14) - Berbuka Puasa
- Sifat Puasa Nabi (bag 13) - Allah Menginginkan Kem...
- Sifat Puasa Nabi (bag 12) - Hal-Hal Yang Boleh Dil...
- Sifat Puasa Nabi (bag 11) - Hal-Hal Yang Wajib Dit...
- Sifat Puasa Nabi (bag 10) - Sahur
- Sifat Puasa Nabi (bag 9) - Waktu Puasa
- Sifat Puasa Nabi (bag 8) - Niat
- Sifat Puasa Nabi (bag 5) - Ancaman Bagi Yang Memba...
- Sifat Puasa Nabi (bag 4) - Targhib Puasa Ramadhan
- Sifat Puasa Nabi (bag 3) - Wajibnya Puasa Ramadhan...
- Sifat Puasa Nabi (bag 2) - Keutamaan Bulan Ramadha...
- Sifat Puasa Nabi (bag 1) - Keutamaan Puasa
- BELAJAR MAKNA RAMADHAN (bagian.1)
- Shaum, Proses Menuju Sukses
- Memaknai Sebuah Ramadhan
- Fatwa-Fatwa Tentang Ramadhan
- RAMADHAN HIKMAH PUASA BULAN YANG AGUNG
- RAMADHAN HIKMAH PUASA
- MANHAJ SALAF
- MENGENAL ULAMA AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH
- MENGENAL ULAMA AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH
- Mengenal Ulama Ahlussunnah Waljama'ah
- mengenal ulama ahlussunnah waljam'ah
- TAUHID kepada Alloh
- RAMADHAN
- perhatikan di bulan yang penuh berkah ini
- HUKUM PUASA FAIDAH DAN HIKMAHNYA
- Masalah Hati
- Riya Termasuk Syirik Kecil
- http://abuzubair.net/mutiara-nasehat-dari-syaikh-i...
- THOLABUL ILMI SEJATI
- Aqidah Islam Jalan Lu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar