Assalamualaikum Tholabul ilmi sejati terimakasih atas kunjunganya di link ini semoga bermanfaat untuk kita semua.dan semoga Alloh memberikan Hidayah taufik untuk kita silahkan kritik dan saran antum

Minggu, 26 September 2010

Apakah Tanggung Jawab Sebuah Keluarga Islam ?


Apakah Tanggung Jawab Sebuah Keluarga Islam ?

Sungguh, baiknya umat Islam hanyalah dapat diraih dengan cara kembali kepada ajaran Islam yang lurus itu sendiri. Baik dalam permasalahan aqidah, metode pengajaran maupun aturan kehidupan. Ajaran Islam seharusnya dipraktikkan dalam seluruh aspek kehidupan, kemasyarakatan, ekonomi maupun politik. Asas dari seluruh elemen masyarakat adalah sebuah keluarga muslim. Pembinaan (Tarbiyah) keluarga muslim berujud pendidikan Islam dan pelaksana utama dari pendidikan ini adalah seorang ibu muslimah. Tegaknya sebuah keluarga muslim memberikan andil yang sangat besar bagi terlaksananya dakwah islamiyah. Islam sendiri memberikan tanggung jawab yang begitu agung kepada keluarga baik dia seorang ayah maupun ibu untuk memberikan pendidikan, pengetahuan, dakwah dan bimbingan kepada anggota keluarga. Pembinaan yang demikian inilah yang akan menyelamatkan dan memberikan penjagaan kepada diri dan keluarga sebagaimana perintah Allah :

"Wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka"
(QS )

Mengomentari hal ini Imam ali r.a. dan Ibnu Abbas menyatakan "berikan pendidikan, ajarilah dengan ketaatan kepada Allah, serta takutlah dari kemaksiatan. Didiklah anggota keluargamu dengan dzikir yang akan menyelamatkan dari api neraka" ( Ibnu Katheer & At tabari).

Berkaitan dengan tanggung jawab keluarga muslimah ini Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam menerangkan secara umum tanggung jawab seorang pemimpin.

"Ketahuilah bahwa kalian semua adalah pemimpin, dan kalian akan ditanya tentang kepemimpinan kalian. Pemimpin di antara manusia dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dalam rumah tangga serta anak-anak suaminya dan dia akan ditanya tentang mereka. Budak/ pembantu adalah pemimpin dari harta tuannya dan dia akan ditanya tentangnya. Ketahuilah bahwa kamu sekalian adalah pemimpin dan kalian akan ditanya tentang tentang kepemimpinannya"
(HSR Bukhari)

Tanggung jawab yang disinggung pada hadits di atas bersifat umum dan menyeluruh. Tanggung jawab seorang suami tidaklah hanya sebatas memenuhi kebutuhan materi saja , demikian halnya dengan seorang isteri. Ia tidaklah hanya bertanggung jawab terhadap kebersihan rumah, atau menyiapkan makanan semata. Akan tetapi keduanya dari kedudukan yang berbeda mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan keimanan keluarga termasuk di dalamnya tanggung jawab dakwah.

Al Quran dan al Hadits sumber pedoman kita menegaskan tanggung jawab kedua orang tua dalam aktivitas keluarga dan pengaruhnya terhadap anak. Seorang isteri memiliki tanggung jawab yan berbeda dengan dengan suami. Dan ia adalah pemimpin sebagaimana yang disinggung dalam hadits di atas. Secara nyata tanggung jawab seorang isteri terhadap rumah tangga dan anak-anak suaminya sangatlah luas. Panjangnya kebersamaan seorang ibu dengan anak secara otomatis memberikan warna tersendiri bagi perkembangan pendidikan fisik maupun mental dari sang anak.

Apabila kita timbang tanggung jawab seorang suami dengan seorang isteri maka akan kita dapatkan bahwa tanggung jawab seorang isteri sangatlah besar. Karena dialah yang melahirkan sang anak, menyusuinya, dan menemani serta mendidik anak dari jam ke jam, hari ke hari. Bahkan ketika seorang anak masih balita, kemudian menginjak remaja dan menjelang dewasa, di dalam rumah maupun di luar rumah sang ibu senantiasa mewarnai bentuk kehidupan sang anak. Hingga mungkin sang ayah telah tiada maka ibulah yang tetap mendampingi putranya untuk menyongsong masa depan. Inilah hikmah diperintahkannya wanita untuk berada di rumahnya.

"Dan hendaknya kalian tinggal di rumah-rumah kalian" ( QS Al Ahzab : 33)

Inilah sebagian tanggung jawab yang diberikan oleh Islam kepada keluarga.

"Jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka" (QS At Tahrim : 6)

Muslimah Waspadalah...! akan Racun-Racun Hati


Muslimah Waspadalah...!

Musuh Islam memang tak pernah berhenti berupaya menghancurkan umat Islam. Berbagai tipu daya mereka canangkan, dengan tujuan menipu umat agar terjauh dari agama fitrahnya. Ujung-ujung yang mereka harapkan adalah memurtadkan umat dari keyakinannya. Salah satu celah yang tak henti dimasuki oleh orang kafir adalah kaum wanita. Dengan keterbatasannya sebagai insan, wanita dijadikan sarana menghancurkan generasi islam setahap-demi setahap. Wanita yang merupakan pendidik generasi, di saat telah teracuni oleh pemikiran kekekufuran maka akan mewariskan kerendahan bagi generasi berikutnya.

Sesungguhnya musuh islam di hari ini dari kalangan munafik dan kafir yang di hati mereka menyimpan penyakit, mengidamkan terenggutnya kemuliaan dan keagungan seorang muslimah. Mereka juga mengimpikan lepasnya penjagaan islam, lepasnya tali keimanan muslimah sehingga terjerumuslah para muslimah ke dalam kehinaan setelah para kufar dan orang yang berpenyakit di dalam hatinya memuaskan syahwat mereka.

Inilah yang difirman kan Allah:

"Dan orang-orang yang mengikuti hawa nafsu mereka menginginkan agar kalian menyimpang dengan penyimpangan yang besar " ( QS An Nisa' : 27 )

Di hari ini, kita dapat saksikan, bagaimana orang di luar islam memberikan teladan hidup penuh kebebasan. Hidup tanpa aturan bak binatang, buka aurat sembarangan. Hingga sepanjang hari tak ada model kehidupan kecuali hanya mengikuti hawa nafsu belaka. Yang patut disayangkan sebagian muslimah dengan ridhanya mencontoh bulat-bulat teladan keburukan tadi. Mulai dari pakaian, cara bicara, potongan rambut, gaya hidup dan segalanya. Sehingga tak lagi bisa dibedakan mana yang kafir mana yang muslimah.

Model kekafiran yang diikuti oleh para muslimah tadi sesungguhnya berujung kepada lepasnya dienul islam dari seorang muslimah. Sungguh berbahaya. Sehingga para muslimah mesti waspada, dan berhati-hati dalam bergaul serta berteman. Jangan mudah 'bercurhat ria' kepada teman yang kita tahu tak banyak ngerti tentang agama. Lebih-lebih beda agama. Muslimah pun mesti mewaspadai pergaulan bebas yang ada sekarang. Naudzubillah, jangan sampai ikut terjerumus ke dalamnya. Banyak hidung belang dari pembawa misi kekufuran bergentayangan mencari mangsa muslimah yang lemah untuk diajak kepada jurang kekafiran.

Dan Ingat pula, bahaya pengkufuran merayap di berbagai tempat dan media. Dan muslimah semestinya kembali mengkaji agama islam, memahaminya, dan mempraktikannya dalam setiap gerak kehidupan. Semoga Allah senantiasa menjaga dan menghidayahi kita.

Mewaspadai Racun-Racun Hati

Racun atau virus ternyata tak hanya menyerang tubuh kita saja. Hati kita dalam artian maknawi pun ternyata bisa juga kesusupan makhluk yang berbahaya ini. Bedanya, kalau racun dan virus yang menyerang tubuh segera kita rasakan pengaruhnya dan tentu segera kita waspada, misalnya dengan membuang sumber racun yang ada. Namun kalau hati kita yang kena racun, kita sering tak sadar kalau telah keracunan. Bahkan mungkin sebagian besar kita tak tahu apa itu racun atau virusnya hati. Dokter di rumah sakit pun tak bisa mendiagnose atau jangan-jangan dokternya pun kena racun atau virus itu pula…

Jelasnya, racun hati berbeda dengan racun yang menyerang tubuh. Ia lebih gawat karena mengancam kelangsungan hidup pada dua kehidupan , yaitu kehidupan dunia dan akhirat. Beberapa racun hati yang mesti diwaspadai adalah:

  • Terlampau Banyak Bicara Lidah kita sebenarnya bentuknya hanya kecil, namun ternyata ia punya daya rusak yang sangat hebat bila tidak dipelihara dengan syariat. Pertengkaran, permusuhan , kebencian, perceraian, bahkan peperangan bisa berlangsung akibat tidak terkendalinya kata-kata yang dimainkan oleh lidah. Di zaman kita, realita membuktikan bagaimana kerusakan yang ditimbulkan dari aktivitas "terlampau banyak bicara". Fitnah, adu domba, menggunjing (Ghibah) bergaung di berbagai penjuru. Tak heran apabila aktivitas ini pula yang terbanyak memasukkan orang kedalam api neraka seperti sabda nabi shallallahu alaihi wa sallam :

    "2 lubang yang terbanyak memasukkan manusia ke dalam neraka, yaitu mulut dan kemaluan" (HR shahihain)

    Kadang orang berucap tanpa ia pikirkan terlebih dahulu dan ia anggap hal yang sangat sepele namun berakibat ia terpuruk di api neraka. Dan kini majelis-majelis seperti ini laku dan banyak diminati oleh masyarakat. Beragam dosa lahir dari aktivitas ini, maka ia pula yang merupakan racun berbahaya yang mesti diwaspadai. Bagi seorang muslim hanya ada 2 pilihan saja yaitu berkata-kata yang baik atau diam.

  • Memandang hal-hal yang diharamkan Pandangan yang haram akan membekaskan bayangan di dalam hati kita terhadap apa-apa yang kita pandang. Syaitan pun segera bermain di sana, dengan membikin hiasan-hiasan indah pada bayangan tersebut. Akibatnya akan lahir kejelekan-kejelekan yang banyak di hati kita. Sebenarnya ada muatan apa pada pandangan yang diharamkan itu…?
    1. Pandangan adalah panah yang dillepaskan oleh iblis. Ketika seseorang tak menjaga pandangannya niscaya panah-panah iblis segera menancap di dalam hatinya, dan membuat luka yang menganga.
    2. Syaitan masuk bersama pandangan yang diharamkan.
    3. Menyibukkan hati untuk memikirkan apa yang dipandang. Hati pun lalai untuk memikirkan kesehatan dan kebaikan hati. Akhirnya, kacau balaulah segala urusannya, karena mengikuti hawa nafsunya.
    4. Mengumbar pandangan merupakan kemaksiatan kepada Allah. Karena Allah memerintahkan kepada laki-laki dan perempuan muslimah untuk menjaga pandangannya :

      "katakan kepada laki-laki yang beriman agar menundukkan pandangannya dan menjaga kehormatan mereka, yang demikian itu lebih suci dan bersih bagi mereka" (QS An Nur : 30)

    5. Mengumbar pandangan menyebabkan kegelapan hati. Hal ini sebagaimana ditunjukkan Allah setelah memerintahkan untuk menjaga panadangan dengan firmanNya :

      "Allah adalah cahaya langit dan bumi"

    6. Mengumbar pandangan membutakan hati dari membedakan antara kebenaran dengan kebatilan. Dan barangsiapa yang menundukkan pandangan karena Allah maka ia akan memperoleh firasat yang benar.
  • Kebanyakan Makan Sederhana dalam hal makan berkorelasi dengan kelembutan hati, kekuatan pemahaman, kelembutan jiwa kelemahan hawa nafsu dan amarah. Adapun berbanyak makan akan menyebabkan hal yang berlawanan dengan hal di atas.

    "Tidaklah bani Adam memenuhi suatu wadah yang lebih jelek daripada perutnya. Cukup baginya menegakkan tulang punggungnya, bila tidak maka hendaknya ia mengisi sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk nafasnya" (HR. Ahmad)

    Berlebihan dalam hal makan mengundang sedemikian banyak kejelekan, karena akan menggerakkan badan untuk berbuat maksiat, memperberat ketaatan dan ibadah. Kita dapati dalam realita, betapa banyak maksiat terjadi karena kebanyakan makan. Diakhir poin ini, seorang ulama salaf mengisahkan tentang seseorang yang menasehati pemuda ahli ibadah di kalangan bani israil Janganlah kalian banyak makan, minum dan tidur yang mengakibatkan kalian banyak merugi.

  • Terlalu banyak bergaul Pergaulan yang tidak didasari dengan syariat, akan menimbulkan kerusakan yang besar. Kasus yang banyak terjadi, seseorang yang semula shalih, berubah total menjadi penjahat yang luar biasa rusak karena pengaruh pergaulan yang tidak islami. Maka bagi setiap muslim hendaknya memperhatikan siapa yang akan dia jadikan kawan dekatnya yang selalu ia pergauli.

_________________________________

Sumber:Tazkiyatun Nafs Dr. Ahmad Farid

al-madina.s5.com,

Muslimah Menjunjung Panji Islam,Pahala Kaum Hawa di Akhirat


Muslimah Menjunjung Panji Islam
(Berteladan dari kisah Aisyah radhiyallahu anha)

Ibunya orang beriman, isteri nabi Muhammad sekaligus putri dari as-sidiq adalah sosok yang pantas diteladani oleh seluruh mu'minah di sepanjang zaman. Ia adalah wanita pemilik kemuliaan yang tak tertandingi Aisyah -lah manusia yang paling berilmu tentang al quran, karena kehidupannya yang selalu bersanding dengan pembawa risalah islam, dan beliau menyaksikan Al quran yang turun di rumah beliau. Paling berilmu, karena paham bagaimana wujud penjabaran Al quran dalam kehidupan sehari-hari, dipraktikkan dalam perkataan, perbuatan, budi pekerti, akhlaq dan adab oleh rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Beliau pula wanita yang paling berilmu tentang hadits, fikih, pengobatan, syair dan hikmah. Sehingga sangat wajar ketika abu bardah mengatakan :

"apabila ada sebuah permasalahan yang tidak diketahui di zaman sahabat , maka kami bertanya kepada aisyah, dan kami memperoleh ilmu dari beliau".

Seorang sahabat yang lain mengatakan

"saya tidak mengetahui ada orang yang lebih berilmu tentang al quran, faraidh(ilmu waris) , halal dan haram, syair, sejarah dan nasab kecuali aisyah".

Di kesempatan yang lain kita akan dapatkan bagaimana wujud konkrit tarbiyah di atas manhaj nabawi pada diri aisyah. Umar bin khatab ketika menjelang wafat , berkata kepada abdullah (anaknya). "Pergilah kepada Aisyah, sampaikan salamku padanya, dan mintakan ijin agar aku diperbolehkan dimakamkan di rumahnya bersama Rasulullah dan Abu Bakar. Maka Abdullah pun mendatangi aisyah dan menyampaikan pesan ayahnya. Aisyah mengatakan "baik dan ini adalah sebuah kemuliaan" dan melanjutkan dengan berkata "wahai anakku, sampaikan salamku kepada Umar , dan katakan padanya jangan tinggalkan umat Muhammad tanpa pimpinan, pilihlah khalifah bagi umat dan jangan tinggalkan umat dalam keadaan sia-sia setelahmu, karena aku takut terjadi fitnah atas umat ini."

Wahai wanita mukminah, saksikanlah bagaimana keagungan perjalanan mereka yang ditarbiyah dalam rumah-tangga nabi. Perhatikan bagaimanakah nasehat dan pandangan aisyah untuk mengangkat khalifah setelah Umar, karena khawatir terjadinya fitnah. Seakan aisyah menyaksikan hal-hal yang akan berlangsung di masa mendatang, padahal tidaklah ia tahu tentang hal yang ghaib, namun ini adalah firasat seorang mukmin yang beriman kepada Allah dan RasulNya. Beliau tak hanya sebatas melihat tentang dekatnya kematian umar dan tentang masalah di mana Umar akan dimakamkan, namun beliau melihat bagaimana kehidupan umat Islam setelah Umar meninggal. Dari sini terlihat keluasan pandangan, jauhnya pemikiran ke depan dan sekaligus perhatian yang sangat besar tentang urusan umat Islam. Inilah yang semestinya diteladani oleh wanita mukminah di zaman ini.

Sosok seorang Aisyah rhadiyallahu anha, memberikan ibrah yang berharga bagi para mukminah. Kedalaman ilmu, kecerdasan dan perhatiannya terhadap umat adalah warisan yang berharga yang terus bisa diwarisi sampai hari ini. Terbukti dengan kedudukan beliau yang tercakup dalam tujuh orang di kalangan shabat yang banyak menghafal fatwa-fatwa dari para sahabat.

Panji Islam di sepanjang sejarah akan selalu tegak dengan para penyandangnya. Dan Aisyah adalah salah satu penegak panji Islam di awal terbitnya cahaya Islam. Sebuah bukti bahwa wanita pun memiliki peran yang sangat besar dalam memperjuangkan Islam. Tidak hanya untuk membuang waktu untuk berbagai pekerjaan yang sia-sia, sebagaimana yang dilakukan oleh mayoritas muslimah di zaman ini.

Panji Islam memang akan tetap tegak dengan para pejuangnya sepanjang masa. Namun apakah kita para wanita mukminah menjadi bagian dari penyandang dan penegak risalah atau tidak, maka jawabnya ada pada diri kita.

Pahala Kaum Hawa di Akhirat

Ada seorang wanita yang bertanya kepada ulama saudi tentang pahala perempuan di akhirat. Berikut pertanyaan dan jawabannya

"Ketika saya membaca alquran saya menemukan dalam berbagai ayat memberikan berita gembira kepada laki-laki yang beriman dengan bidadari yang sangat cantik, apakah perempuan mempunyai teman atau pasangan selain suaminya karena sebagian besar pernyataan mengenai pahala di akhirat ditujukan kepada laki-laki yang beriman ? apakah pahala bagi perempuan yang beriman lebih sedikit daripada yang diperoleh laki-laki yang beriman ?"

Jawaban dari para ulama :
Tidak ada keraguan sedikitpun bahwa pahala di akhirat nanti diberikan kepada laki-laki dan perempuan. Hal ini berdasarkan firman Allah :

"Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu baik laki-laki maupun perempuan" (QS Al Imran : 195)

"Dan barangsiapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik" (QS An nahl : 97)

"Dan barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia orang beriman, mereka itu akan masuk surga"
(QS an nisa’ : 124)

"Sesungguhnya laki- laki dan perempuan muslim laki-laki dan perempuan yang beriman ….hingga ……Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar" (QS Al ahzab : 35)

Dalam ayat yang lain Allah menyebutkan bahwa mereka laki-laki dan perempuan, masuk surga bersama-sama

"Mereka dan isteri-isteri mereka terdapat di tempat yang teduh" (QS Yasiin : 56)

"Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri isteri kamu digembirakan"
(QS Al Zuhruf : 70)

Allah juga menyebutkan bahwa dia akan menciptakan perempuan dengan penciptaan khusus :

"Sesungguhnya kami menciptakan mereka (para bidadari) dengan penciptaan yang khusus dan kami jadikan mereka perawan (QS Al Waqiah : 35-36)

Keterangan di atas menyebutkan bahwa Allah akan menciptakan kembali perempuan yang sudah tua menjadi bidadari, dan membuat mereka perawan, begitu juga laki-laki yang sudah tua akan diciptakan kembali menjadi pemuda dan beberapa hadits ditunjukkan bahwa perempuan yang masih hidup mempunyai kelebihan dari bidadari karena peribadatan dan kepatuhan mereka.

Oleh karena itu perempuan yang beriman akan memasuki surga sebagaimana laki-laki yang beriman. Jika seseorang perempuan mempunyai sejumlah suami setelah kawin cerai dan dia masuk bersama mereka dan akan memilih yang berkelakuan paling baik.

_______________________________

Diambil dari Fatwa-Fatwa Masalah Wanita
Team fatwa : Ibn Baz, Syaikh Ibn Utsaimin, Syaikh jibrin

Kiat Bergaul,Menjauhi Adu Domba dan bagaimana Mewaspadai Lisan


Kiat Bergaul

Bergaul dengan orang lain ternyata tak luput dari perhatian Islam. Bahkan kebaikan dalam bergaul atau bermuamalah merupakan salah satu pokok ajaran Islam. Bermuamalah dengan siapa saja, baik ia patner kerja, teman belajar, atasan, atau dengan anggota keluarga kita. Ada kiat-kiat tertentu yang syar'I yang dianjurkan oleh Islam. Sudah semestinya kita perlu melihat bagaimanakan kaidah dan kiat-kiat Islam dalam bergaul, agar mampu mengambil hati orang lain dan memberikan pengaruh pada mereka. Dan tentu saja niatan kita disaat bergaul adalah meraih sesuatu yang sangat agung yaitu mencari keridhaan Allah azza wa jalla.

Diantara kiat bergaul yang dicontohkan adalah:

Kaidah-1 Menebarkan Salam
Mengucapkan salam merupakan wujud perhatian seorang kepada individu yang lain. Ia pun merupakan kunci surga. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah berkata : Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencinta. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian lakukan niscaya kalian akan saling mencinta, sebarkan salam diantara kalian (HR. Muslim)

Kaidah-2 Senyumanmu untuk Saudaramu adalah Sedekah
Nabi bersabda: Senyumanmu untuk saudaramu adalah sedekah. Sebuah senyuman, memiliki banyak pengaruh, diantaranya ¨ Menunjukkan kepribadian seseorang ¨ Melapangkan dada pada pertemuan-pertemuan selanjutnya ¨ Melancarkan perkenalan dan pembicaran

Kaidah -3 Engkau panggil dia dengan nama yang ia sukai
Umar bin khattab meringkas tentang kaidah meraih cinta manusia. Tiga hal yang akan menjernihkan hubunganmu dengan manusia "Engkau memulai salam, engkau memanggilnya dengan nama yang paling ia sukai, dan engkau melapangkan baginya dalam bermajelis"

Kaidah-4 Engkau katakan padanya Aku mencintaimu karena Allah
Dalam sebuah riwayat: cinta itu ada pada tiga hal ¨ cinta kepada orang mukmin di jalan Allah dan tanda cinta ini adalah menghindarkan diri dari menganggu mereka dan memberikan kebaikan kepada mereka ¨ cinta kepada rasulullah yang dicirikan dengan cinta kepada sunnahnya ¨ dan cinta kepada Allah adalah dengan mendahulukan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan ; dan diantara Sunnah adalah mengucapkan kepada saudaranya " Aku mencintaimu karena Allah"

Kaidah- 5 Berjabat Tangan Ketika berjumpa dengannya
Dikatakan kepada Abu dzar apakah Rasulullah selalu berjabat tangan dengan kalian ketika kalian berjumpa dengan beliau ? maka Abu dzar berkata:" Tidaklah aku berjumpa dengan Rasulullah kecuali beliau menjabat tanganku"

Kaidah -6 Baik Akhlaq
Rasulullah bersabda " Sungguh orang yang terbaik diantara kalian adalah yang paling baik budi pekertinya, dan ditanyakan kepada beliau, apa yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga? Beliau berkata taqwallah (taqwa kepada Allah) dan baik budi

Kaidah-7 Sungguh Allah itu Maha Indah dan cinta kepada Keindahan
Abu Hurairah berkata"Seorang laki-laki datang kepada nabi dan ia seorang laki-laki yang sangat bagus ia berkata Wahai Rasulullah saya adalah seorang yang cinta dengan keindahan dan saya mendapatkan seperti apa yang Anda lihat. sampai-sampai segala sesuatu yang aku suka tak akan terlewat dari perhatian orang. Sehingga mereka berkata alangkah indah tali sandalku, apakah yang demikian termasuk kesombongan ? Rasulullah berkata Tidak ! akan tetapi kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia"

Kaidah-8 Jazakallah Khairan(Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan) adalah syiar orang yang bersyukur
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata " Barangsiapa yang berbuat kebaikan kepadamu maka balaslah ia .Apabila engkau tidak mendapati apa yang dapat membalas kebaikannya maka doakan dia, sampai engkau yakin bahwa hal tersebut telah membalas kebaikannya Kaidah-9 tawadlu (merendahkan diri) niscaya Allah mengangkatmu Rasulullah berkata Sungguh Allah mewahyukan kepadaku untuk bertawadlu

Menjauhi Adu Domba

Adu domba merupakan perangai tercela yang menanamkan dendam diantara manusia, ini merupakan sifat yang dibenci setiap muslim dan muslimah. Sifat yang buruk ini tidak boleh diremehkan, karena diantara ciri-ciri adu domba dan yang telah ditetapkan baginya, bahwa ia bisa memisahkan seseorang dengan kerabatnya, seseorang dengan teman-temannya, bahkan dirinya dengan anggota saudaranya sendiri.

Diantara kisah yang menggambarkan sensitifnya sifat ini adalah sebagaimana disebutkan Syeikh Ibnu Qudamah di dalam kitabnya "Mukhtashar Minhajul Qashidin" bahwa seseorang menjual budak. Dia berkata kepada pembelinya, budak ini tidak mempunyai satu aibpun hanya saja dia suka mengadu domba, tidak menjadi soal bagiku kata pembeli.

Setelah beberapa hari budak itu berada dirumah pembeli, dia menghampiri tuannya seraya berkata, "Sebenarnya tuanku tidak mencintai nyonya. Meskipun begitu, dia tetap ingin menikahi nyonya. Jika nyonya menghendaki, saya bisa membujuknya agar dia tidak menceraikan nyonya, lalu ambillah pisau untuk mencukur rambutnya tatkala dia tidur. Hal ini bisa menyihirnya, sehingga dia senantiasa mencintai nyonya."

Lalu budak itu berkata kepada tuannya, "istri tuan berkomplot dengan seseorang dan ingin membunuh tuan selagi tuan sedang tidur." Maka sang tuan pura-pura tidur, lalu sang istri menghampirinya pelan-pelan sambil membawa pisau. Dia mengira istrinya benar-benar akan membunuhnya. Maka dia segera bangkit dan membunuh istrinya. Keluarga sang istri mendatanginya, lalu membunuhnya. Bahkan permusuhan merembet antara kabilah suami dan istri.

Adu domba bisa menimbulkan tindak pembunuhan, bahkan peperangan antara dua kabilah. Di dalam masyarakat kita banyak terdapat peristiwa yang menunjukkan betapa besar akibat yang ditimbulkan adu domba. Sedangkan istri yang ideal mempunyai sikap yang pasti dalam menghadapi adu domba sesuai dengan hukum syari'at tentang adu domba, bahwa,

"tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba." (muttafaq alaihi).

Jika ada seseorang wanita yang menghampirinya dan mengucapkan perkataan yang buruk, dan hal ini seringkali terjadi, maka dia tidak mau mendengarkannya dan tidak memperdulikannya. Bahkan kalau perlu dia membungkam mulut wanita tersebut dan menimpukkan batu kepadanya, sekedar untuk mengajarkan haramnya adu domba.

Ada kalanya seseorang berkata padanya, "Suamimu telah berbuat begini dan begitu", atau "Dia merasa respek terhadap masakan wanita lain", atau "Dia hendak menikah lagi". Tetapi dalam kondisi seperti apapun istri yang solehah dan ideal bisa keluar dari setiap cobaan dengan mendapat kemenangan, rumah tangganya tetap utuh karena memang dia sudah dipersiapkan sebagai istri yang ideal. An-Nawawy rahimahullah menyebutkan bahwa wanita yang menerima kedatangan orang lain yang hendak mengadu domba dan mengatakan begini dan begitu padanya, harus bersikap sebagai berikut:

  1. Tidak membenarkan perkataannya, karena dia orang yang suka mengadu domba dan fasik.
  2. Melarang tindakannya, menasihatinya dan menunjukkan sisi keburukan perbuatannya.
  3. Membencinya karena Allah, karena dia adalah orang yang dibenci di sisi Allah. Kita harus membenci orang yang dibenci Allah.

Mewaspadai Lisan

Lisan, bentuknya memang relatif kecil bila dibandingkan dengan anggota tubuh yang lain, namun ternyata memiliki peran yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Celaka dan bahagia ternyata tak lepas dari bagaimana manusia memanajemen lidahnya. Bila lidah tak terkendali, dibiarkan berucap sekehendaknya, alamat kesengsaraan akan segera menjelang. Sebaliknya bila ia terkelola dengan baik , hemat dalam berkata, dan memilih perkataan yang baik-baik, maka sebuah alamat akan datangnya banyak kebaikan..

Di saat kita hendak berkata-kata, tentunya kita harus berpikir untuk memilihkan hal-hal yang baik untuk lidah kita. Bila sulit mendapat kata yang indah dan tepat maka ahsan (mendingan) diam. Inilah realisasi dari sabda Rasulullah sholallohu alaihi wasalam

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam ( HR Muslim )

di samping itu kita pun harus paham betul manakah lahan-medan kejelekan sehingga lidah kita tidak keliru memijaknya. Kita harus tahu apakah sebuah hal termasuk dalam bagian dosa bagi lidah kita atau tidak? Bila kita telah tahu , tentunya kita bersegera untuk meninggalkannya.

Diantara medan-medan dosa bagi lidah kita antara lain..

  • Ghibah
    Ghibah bila didefinisikan maka seperti yang diungkapkan oleh Rasulullah sholallohu alaihi wasalam

    "Engkau menyebutkan tentang saudaramu, dengan apa-apa yang dia benci" terus bagaimana jika yang kita bicarakan tersebut memang benar-benar ada pada saudara kita? "Jika memang ada padanya apa yang engkau katakan maka engkau telah meng-ghibahinya, dan bila tidak ada padanya maka engkau telah berdusta" (HR. Muslim)

    Di dalam Al quran , Allah ta'ala menggambarkan orang yang meng-ghibahi saudaranya seperti orang yang memakan bangkai saudaranya:

    "Janganlah kalian saling memata-matai dan jangan mengghibahi antara satu dengan yang lain, sukakah kalian memakan daging saudaranya tentu kalian akan benci" ( Al Hujurat 12)

Tentu sangat menjijikkan makan daging bangkai , semakin menjijkkan lagi apabila yang dimakan adalah daging bangkai manusia , apalagi saudara kita sendiri. Demikianlah ghibah, ia pun sangat menjijkkan sehingga sudah sepantasnya untuk dijauhi dan dan ditinggalkan.

Lebih ngeri bila berbicara tentang ghibah, apabila kita mengetahui balasan yang akan diterima pelakunya. Seperti dikisahkan oleh Rasulullah sholallohu alaihi wasalam di malam mi'rajnya. Beliau menyaksikan suatu kaum yang berkuku tembaga mencakar wajah dan dada mereka sendiri. Rasul pun bertanya tentang keberadaan mereka, maka dijawab bahwa mereka lah orang-orang yang ghibah melanggar kehormatan orang lain.

  • Namimah
    Kalau diartikan ia bermakna memindahkan perkataan dari satu kaum kepada kaum yang lain untuk merusak keduanya. Ringkasnya "adu domba". Sehingga Allah mengkisahkan tentang mereka dalam Al-Qur'an. Mereka yang berjalan dengan namimah , menghasut, dan mengumpat. Di sekitar kita orang yang punya profesi sebagai tukang namimah sangat banyak bergentayangan, dan lebih sering di kenal sebagai provokator-kejelekan. Namimah bukan hal yang kecil , bahkan para ulama mengkatagorikannya di dalam dosa besar . Ancaman Rasulullah bagi tukang namimah

    " tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba (HR Bukhari)

    akibat ghibah ini sangat besar sekali, dengannya terkoyak persahabatan saudara karib dan melepaskan ikatan yang telah dikokohkan oleh Allah. Ia pun mengakibatkan kerusakan di muka bumi serta menimbulkan permusuhan dan kebencian.
  • Dusta
    Dusta adalah menyelisihi kenyataan atau realita. Dusta bukanlah akhlaq orang yang beriman, bahkan ia melekat pada kepribadian orang munafiq

    "Tiga ciri orang munafik, apabila berkata berdusta, apabila berjanji mengingkari dan apabila dipercaya berkhianat (HR Bukhari dan Muslim)

    padahal orang munafik balasannya sangat mengerikan "di bawah kerak api neraka" Dusta pun mengantarkan pelakunya kepada kejelekan "Sungguh kedustaan menunjukkan kepada kejelekan dan kejelekan mengantarkan kepada neraka.

Kaum Wanita, Sebelum dan Sesudah Islam,


Kaum Wanita, Sebelum dan Sesudah Islam

Kedudukan wanita di jaman jahiliah Kehidupan wanita di jaman jahilian yaitu di arab dan di dunia secara umum, adalah di dalam kehinaan dan kerendahan. Khususnya di bumi arab , para wanita dibenci kelahiran dan kehadirannya di dunia. Sehingga kelahiran bagi mereka, adalah awal dari kematian mereka. Para bayi wanita yang dilahirkan di masa itu segera di kubur hidup-hidup di bawah tanah. Kalaupun para wanita dibiarkan untuk terus hidup, mereka akan hidup dalam kehinaan dan tanpa kemuliaan. Ini firman Allah

"Ketika bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh" (QS At Takwir : 8-9)

Wanita yang sempat hidup dewasa mereka dilecehkan dan tidak memperoleh bagian dalam harta warisan. Mereka dijadikan sebagai alat pemuas nafsu para lelaki belaka. Yang ketika telah puas direguk, segera dibuang tak ada harga dan nilai. Di masa itu pula, para lelaki berhak menikahi banyak wanita tanpa batas, tidak mempedulikan akan keadilan dalam pernikahan.

Kedudukan wanita dalam Islam Ketika datang islam, kedudukan wanita diangkat dari bentuk-bentuk kedzaliman dan islam mengembalikan kedudukannya kepada derajat insaniyah. Seperti firman Allah

"Wahai manusia sesungguhnya Kami menjadikan kalian dari laki-laki dan perempuan"
( QS Al Hujurat : 13)

Allah menegaskan bahwa wanita berserikat dengan kaum laki-laki dalam prinsip kemanusiaan mereka. Sebagaimana mereka pun berserikat dengan laki-laki dalam hal pahala dan dosa sesuai dengan amal perbuatan mereka.

"barangsiapa yang berbuat amalan kebaikan dari laki-laki maupun perempuan dan dia adalah orang mukmin maka Kami akan hidupkan dia dalam kehidupan yang baik, dan Kami akan balasi mereka dengan yang lebih baik daripada yang mereka lakukan
(QS An Nahl : 97)

Allah pun menjadikan para wanita sebagai pemimpin di rumah tangga suaminya, sebagai pemimpin bagi anak-anak suaminya

"Wanita adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya itu ".

Menjaga kaum wanita pula, maka Islam membatasi poligami bagi laki-laki tidak boleh lebih dari empat. Itu pun dengan syarat kaum laki-laki harus mampu berbuat adil dalam mempergauli para wanita.

MENJADI ISTERI IDAMAN
Hak dan Kewajibannya

Pernikahan adalah sebuah hal yang agung di dalam Islam. Memiliki banyak keutamaan dan pelajaran berharga bagi ulil-albab. Di dalamnya ada kasih sayang, cinta dan ketenangan. Sebagaimana terkandung pula bentuk-bentuk tanggung jawab dan penunaian amanah yang indah. Terlebih, ia adalah bentuk ibadah bagi seorang muslim kepada Rabbnya, ketika dengan pernikahan terjauh dari perbuatan kekejian dan kehinaan. Beranjak dari hal tersebut al madina mencoba menuliskan beberapa artikel yang berkaitan tentang pernikahan bagi para muslimah khususnya, membahas hak-dan kewajiban dalam berumah tangga. Al madina tergerak menurunkan tulisan Dr. Wahbah Zuhaili dalam buku fiqh islam, secara berurutan dalam beberapa edisi kedepan.

Kita mengetahui bahwa pernikahan sebagaimana ikatan perjanjian yang lain yang berlangsung antar 2 orang, memiliki hak-hak dan kewajiban yang mesti ditunaikan, sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan, tanggung jawab dan persamaan. Al-Quran sendiri mensyaratkan prinsip-prinsip, hak dan kewajiban sebagaimana firman Allah

"Bagi mereka seperti apa yang menjadi kewajiban mereka dengan kebaikan"

Yaitu bagi para wanita memperoleh hak-hak dari laki-laki sebagaimana untuk laki-laki ada kewajiban bagi wanita. Asas peletakan hak dan kewajiban ini adalah urf (adat) dan fitrah. Prinsipnya adalah "setiap hak balasannya adalah kewajiban"

Untuk pembahasan ini ada 3 pembahasan

  1. Hak-hak isteri
  2. Hak-hak suami (kewajiban isteri-red)
  3. hak-hak yang berserikat isteri dan suami

Hak-hak Isteri

Isteri memiliki hak-hak maliyah (materi) berupa mahar dan nafkah dan hak ghoiru maliyah (non materi) berupa kebaikan pergaulan, muamalah yang toyyibah (bagus) dan keadilan suami. Adapun mahar merupakan hak khusus isteri yang termaktub dalam Al-Quran dan As Sunnah.

Rasulullah pun selalu memberikan mahar dalam pernikahan beliau. Adapun nafkah , merupakan perkara yang ditetapkan di dalam Al-Quran dan As Sunnah

Atas anak yang dilahirkan bagi mereka rizki sebagaimana para isteri dan pakaian sebagaimana para isteri dengan kebaikan

Dari Muawiyah Al Qusyairy, bertanya kepada Nabi seorang laki-laki

"Apakah hak seorang wanita terhadap suaminya? Beliau berkata: Engkau memberikan makan kepadanya sebagaimana engkau makan, dan engkau memberikan pakaian kepadanya apabila engkau berpakaian, jangan engkau memukul wajah, jangan menjelekkan dan jangan menghijrahi (meninggalkan isteri) kecuali di dalam rumah"
(HR Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Yaitu jangan engkau mengatakan kepada isterimu semoga Allah menjelekkanmu dan hijrah hendaknya dari tempat tidur saja, tidak berpindah ke rumah lain atau memindahkan isteri ke tempat lain.

Yang dimaksud mempergauli adalah apa yang terjadi antara kedua pasangan berupa ikatan dan hubungan. Konsekuensi bagi setiap pasangan adalah mempergauli pasangannya dengan ma'ruf (kebaikan) dari persahabatan yang indah, tidak memberikan gangguan tidak menunda haknya dan tidak menampakkan kebencian dengan apa yang diusahakan. Bahkan bermuamalah dengan kegembiraan, keceriaan, tidak mencela dan mengganggu aktivitasnya. Hal ini adalah kema'rufan sesuai dengan firman Allah

Dan pergaulilah mereka dengan kebaikan

Abu Yazid berkata : bertakwalah kalian atas isteri-isteri kalian, sebagaimana para isteri wajib taqwa kepada Allah atas kalian.

Ibnu Abbas berkata: Saya suka berhias untuk isteri sebagaimana saya suka isteri saya berhias untuk saya, karena Allah berfirman

"bagi mereka semisal apa yang wajib bagi mereka dengan kemakrufan"

Rasulullah pun memerintahkan untuk mempergauli isteri dengan baik dan ada pula riwayat yang menerangkan tentang hak dan kewajiban kedua pasangan "berwasiatlah kepada wanita dengan kebaikan, karena sesungguhnya mereka di sisi kalian tawanan. Tidaklah kalian memiliki dari mereka selain itu. Kecuali mereka melakukan perbuatan maksiat yang jelas , apabila mereka mengerjakan maka tinggalkan mereka dari tempat tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak keras (membuat cacat) apabila mereka mentaati kalian maka janganlah kalian mencari jalan-jalan lain

"Sungguh bagi kalian ada hak yang harus ditunaikan isteri dan bagi isteri atas kalian ada hak".

al-madina.s5.com,

IKTILAT.dan KALIAN MESTI JAUHI !


Ikhtilat

Bolehkah kaum pria bercampur baur dengan kaum wanita bila tidak dikhawatirkan terjadinya fitnah?

Bercampur baurnya antara pria dan wanita terbagi menjadi tiga:

Pertama, bercampur baurnya antara wanita dan pria yang merupakan muhrimnya, ini tidak diragukan lagi akan kebolehannya.

Kedua, bercampur baurnya kaum wanita dengan pria asing untuk tujuan yang merusak, maka tidak diragukan lagi akan pengharamannya.

Ketiga, bercampur baurnya antara wanita dan pria asing di lembaga-lembaga pendidikan, perkantoran, rumah sakit, acara-acara pesta dan yang semisal yang sering diduga tidak akan mengakibatkan terjadinya perbuatan zina antara satu dengan yang lainnya. Dan untuk menjelaskan hal ini, maka kami akan menjawabnya secara umum dan secara terperinci.

Adapun secara umum, bahwa Allah Ta'ala telah menciptakan kecenderungan dan dorongan kepada wanita dalam diri laki-laki, dan wanitapun diberikan kecenderungan kepada laki-laki dengan kelemahan dan kelembutan yang dimilikinya, maka bila percampurbauran terjadi akan lahirlah pengaruh-pengaruh yang dapat memunculkan akibat-akibat yang buruk karena hawa nafsu selalu mendorong untuk berbuat kejahatan, nafsu sering kali menjadi buta dan tuli sedang setan selalu menyuruh untuk berbuat keji dan mungkar.

Adapun secara terperinci, maka syari'at ini dibangun diatas tujuan dan sarananya. Dan sarana yang dapat menyampaikan pada tujuan memiliki hukum yang sama dengan tujuan. Maka wanita adalah pusat pemenuhan keinginan pria, dan syariat telah menutup pintu-pintu yang dapat mengakibatkan keterkaitan antara individu kedua jenis tersebut, dan hal ini menjadi jelas dengan dalil-dalil yang akan kami sebutkan berikut ini dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Adapun dalil dari Al-Qur'an ada 6 yaitu
pertama, Allah berfirman, yang artinya :

"Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal dirumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata, 'marilah kesini.' Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang dzalim tiada akan beruntung." (QS Yusuf : 23).

Ayat ini menunjukkan bahwa ketika terjadi ikhtilat antara istri penguasa mesir dengan Yusuf as. Nampaklah apa yang selama ini dia sembunyikan dan ia pun meminta yusuf untuk menyetujuinya, namun Allahpun merahmatinya dan menjaganya dari hal itu, sebagaimana dalam firman Allah, yang artinya :

"maka Tuhannya memperkenankan do'a Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS Yusuf :34).

Demikianlah yang terjadi bila kaum pria bercampur baur dengan kaum wanita, maka setiap jenis akan memilih dari jenis lain yang ia inginkan, dengan menyerahkan segala kemampuan untuk mendapatkan keinginannya.

Kedua, Allah telah memerintahkan kaum pria untuk menundukkan pandangan demikian pula kaum wanita. Allah berfirman, yang artinya:

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yng beriman, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan, dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS. An Nur 30-31).

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman baik pria maupun wanita untuk menundukkan pandangan mereka. Dan perintah menunjukkan kewajiban, kemudian Allah menjelaskan bahwa hal ini lebih menyucikan dan membersihkan hati. Telah diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak dari Ali ra. bahwasanya Nabi saw., berkata kepadanya:

"Wahai Ali ! janganlah engkau mengikuti satu pandangan dengan pandangan lain karena engkau hanyalah memiliki yang pertama dan tidak untuk yang selanjutnya."

Al-Hakim mengatakan, "(Hadits ini) shahih berdasarkan syarat Muslim namun (Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkannya". Dan hal ini disepakati oleh Adz-Dzahabi dalam At-Talkhish, dan terdapat beberapa hadits yang semakna.

Dan tidaklah Allah memerintahkan untuk menundukkan pandangan kecuali karena memandang yang haram dilihat. Abu Hurairah ra, meriwayatkan dari Rosulullah saw, bahwa beliau berkata :

"Zina kedua mata adalah memandang, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah bicara, zina tangan adalah memegang, dan zina kaki adalah melangkah."(Muttafaq 'alaih dengan lafadz Muslim).

Digolongkan zina karena tidak lain karena ia menikmati memandang kecantikan wanita yang akan menyebabkan masuknya ke dalam hati orang yang memandangnya, sehingga ia tergantung dengannya lalu berusaha berbuat kekejian dengannya. Dan jika syariat melarang memandang dikarenakan dapat menyebabkan fitnah dan sebab tersebut ada pada ikhtilat, maka tentu saja ikhtilat pun terlarang karena ia adalah sarana terjadinya hal-hal yang tidak terpuji berupa memandang dan berusaha melakukan yang lebih dari itu.

Ketiga, dalil-dalil terdahulu yang menunjukkan bahwa wanita adalah aurat dan ia wajib menutupi seluruh badannya karena menyingkapnya akan mengundang pandangan untuk melihatnya yang akan menyebabkan ketergantungan hati padanya lalu pengerahan usaha untuk mendapatkannya. Demikian pula dengan ikhtilat.

Keempat, Allah berfirman, yang artinya :

"Dia mengetahui mata yang berkhianat dan apa yang tersembunyi dalam dada." (QS Ghafir : 19).

Ibnu Abbas dan ulama lainnya menafsirkan ayat ini, (bahwa yang dimaksud) adalah seorang pria yang masuk ke rumah orang lain, sementara di antara mereka ada seorang wanita cantik lewat di hadapannya. Maka jika mereka lalai ia pun akan memperhatikan wanita tersebut, maka jika mereka mengetahuinya maka ia pun akan menundukkan pandangannya -demikian seterusnya- hingga terbetik dalam hatinya seandainya ia bisa melihat kemaluannya dan dapat berzina dengannya.

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Ta'ala menggambarkan bahwa mata yang selalu mencuri pandang dan melihat hal-hal yang diharamkan baginya sebagai pengkhianat. Lalu bagaimana pula dengan ikhtilat.

Keenam, bahwasannya Allah memerintahkan mereka untuk diam di rumah. Allah berfirman, yang artinya :

"Dan tinggAllah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah mereka berhias (dengan cara) berhias seperti golongan jahiliyyah pertama."
(QS AL-Ahzab : 23).

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah telah memerintahkan istri-istri Nabi saw yang suci, telah disucikan dan thayyibat untuk tetap tinggal di rumah. Dan perintah ini juga mencakup wanita selain mereka dari kalangan wanita kaum muslimin-berdasarkan kaidah ushul yang menyatakan bahwa suatu perintah itu ditujukan kepada seluruh (bersifat umum ) kecuali bila terdapat dalil yang mengkhususkannya - dan tidak ada satupun dalil yang mengkhususkan (ayat diatas) ; maka mereka ( para wanita) diperintahkan untuk tetap di rumah kecuali secara darurat harus keluar.

Lalu bagaimana mungkin ikhtilat dibolehkan setelah melihat penjelasan diatas, ditambah lagi dijaman ini semakin sering terjadi kejahatan terhadapa wanita, mereka juga telah menghilangkan "jilbab" rasa malu mereka, bertabarruj dan memperlihatkan aurat mereka dihadapan pria asing ditambah lagi semakin berkurangnya kepedulian dari orang-orang yang bertanggung jawab terhadap mereka, baik suami mereka atau yang lainnya.

Adapun dalil-dalil dari As-Sunnah maka kita cukup menyebutkan 6 dalil:

Pertama, hadits yang diriwayatkan oleh muslim, At-Tirmidzi dan selainnya dengan sanad mereka dari Abu Hurairah ra. Rosulullah saw bersabda, yang artinya :

'Sebaik-baik shaf kaum pria adalah shaf yang pertama dan yang paing buruk adalah yang paling akhir, dan sebaik-baik shaf kaum wanita adalah yang paling akhir, sedang yang paling buruk adalah shaf yang pertama."

Hadist ini menunjukkan bahwasanya Rosulullah saw mensyari'atkan kepada kaum wanita bila mereka mendatangi masjid, maka hendaknya mereka terpisah dari jama'ah laki-laki, lalu beliau menggambarkan bahwa shaf pertama mereka dengan sifat keburukan dan shaf terakhir mereka dengan sifat kebaikan.

Hal ini tidak lain karena jauhnya wanita-wanita di shaf terakhir dri kaum pria yang menghalangi mereka bercampur. Dan beliau mencela shaf pertama kaum wanita karena hal yang terjadi adalah hal yang sebaliknya. Beliau juga mensifati akhir shaf kaum pria dengan keburukan jika terdapat kaum wanita yang juga mengerjakan sholat bersama mereka, dikarenakan mereka tidak sholat di depan, tidak lagi dekat dengan imam dan justru lebih dekat kepada kaum wanita yang dapat mengganggu konsentrasinya dan bisa jadi merusak ibadah serta mengganggu niat dan kekhusyu'annya, maka apabila syariat menduga terjadinya hal tersebut dalam ibadah di mana tidak terjadi ikhtilat tentu lebih memungkinkan sehingga pelarangan ikhtilat lebih utama.

Kedua, Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya dari Zainab istri Abdullah bin Mas'ud ra, bahwasanya Rosulullah saw bersabda, yang artinya :

" bila salah seorang dari kalian mendatangi masjid maka janganlah ia memakai wangi-wangian."

Dan Abu Daud meriwayatkan dalam Sunannya Imam Ahmad dan Syafi'i meriwayatkan dalam musnad mereka dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rosulullah saw, bersabda, yang artinya :

" Janganlah kalian melarang hamba-hamba (wanita) Allah dari mesjid-mesjid Allah , namun hendaknya mereka keluar tanpa memakai wangi-wangian."

Ibnu Daqiq Al-Ied berkata, "Hadits ini menunjukkan pengharaman memakai wangi-wangian bagi wanita yang ingin pergi ke mesjid, karena dapat menggerakkan syahwat kaum pria, dan bisa jadi menggerakkan syahwat kaum wanita juga. "Ia berkata, "Dan dapat dikiaskan dengan hal-hal yang semakin, seperti pakaian yang bagus, perhiasan yang nampak gemerlapnya, dan penampilan yang mewah."

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, "Demikian pula ikhtilat dengan kaum pria."

Ketiga, diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid dari Rosulullah saw. Bahwa beliau bersabda, yang artinya :

"Tidaklah aku meninggalkan fitnah setelahku yang lebih berbahaya bagi kaum pria melebihi kaum wanita."

Hadits ini menggambarkan wanita sebagai fitnah; lalu bagaimana mungkin sumber fitnah tersebut dikumpulkan dengan yang dapat fitnah itu ? ini jelas tidak boleh.

Keempat, dari Abu Sa'id Al-Khudri ra, dari Rosulullah saw bahwa beliau bersabda, yang artinya :

"Sesungguhnya dunia adalah sesuatu yang manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah telah menjadikan kalian beramal, berhati-hatilah terhadap dunia, berhati-hatilah dengan wanita karena sesungguhnya awal mula fitnah Bani Israil adalah pada wanita" diriwayatkan muslim.

Hadist ini menunjukkan bahwa Rosulullah saw memerintahkan untuk berhati-hati terhadap wanita; yang menunjukkan bahwa hal ini adalah sesuatu yang wajib. Lalu bagaimana kewajiban ini dapat dilakukan bila terjadi ikhtilat? Jelas ini tidak boleh.

Kelima dan keenam, diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam A-Mu'jam Al-Kabir , dari Ma'qil bin Yasar ra. bahwasanya Rosulullah saw bersabda, yang artinya :

"Sungguh bila kepala salah seorang ditusuk dengan besi yang panas itu lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya."

Al-Haitami berkata dalam Majma' Az-Zawaid, "Perawinya adalah perawi kitab Ash- Shahih." Al-Mundziri berkata dalam Ath-Tanhib wa Ath-Tharkib, perawinya siqah (dapat dipercaya).

Ath-Thabrani juga meriwayatkan dari Haris Abu Umamah ra. dari Rosulullah saw, ia bersabda: 'Sungguh jika seorang pria disentuh oleh seekor babi yang berlumur tanah dan lumpur itu lebih baik baginya dari pada bila pundaknya disentuh oleh pundak wanita yang tidak halal baginya.

Hadist-hadist ini menunjukkan bahwa Nabi saw melarang seorang pria menyentuh seorang wanita baik dengan penghalang atau tidak Bila ia bukan muhrim baginya karena akan mengakibatkan pengaruh yang buruk. Demikian pula ikhtilat, ia dilarang karena itu.

Maka barangsiapa memperhatikan apa yang dikandung dalil-dalil yang kami sebutkan, jelaslah baginya bahwa pernyataan yang menyatakan bahwa ikhtilat tidak akan menyebabkan terjadinya fitnah tidak lain hanyalah pandangan yang keliru. Bahkan sebenarnya ia dapat menyebarkan fitnah oleh karena itu syari'at melarangnya untuk mencegah terjadinya kerusakan.

Dan tentu saja tidak termasuk dalam larangan tersebut hal-hal yang bersifat daruratan dibutuhkan serta terjhadi pada tempat-tempat ibadah seperti di Masjidil Haram dan Masjidil Nabawi.

Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kaum muslimin yang belum sadar serta menambah petunjuk kepada yang telah mendapatkan petunjuk

KALIAN MESTI JAUHI !

Tidak dapat diingkari bahwa beragam penyimpangan hadir dengan leluasa di masa ini. Pada hampir semua bidang kehidupan, baik aqidah, ibadah, kemasyarakatan, budaya, sosial, politik dan yang lain. Menimpa pada level individu maupun masyarakat yang prianya juga yang wanita.

Untuk golongan yang terakhir ini (wanita). Kita temukan bermacam penyimpangan yang luar biasa. Diantara penyimpangan yang terjadi pada kaum wanita adalah sebagai berikut:

  1. Tidak sopan pada kedua orang tua, tidak berbakti kepada keduanya, misalnya berani mengangkat suara di hadapan keduanya, menghardik dan tidak mentaati keduanya. Penyimpangan ini sangat banyak dilakukan oleh para wanita di zaman ini, tidak hanya dilakukan oleh orang awam saja, namun juga para penuntut ilmunya. Padahal Allah berfirman "Maka janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah !'..."
  2. Banyak ngerumpi hal-hal yang tidak bermanfaat saat berkumpul di majelis-majelis kaum wanita. Misalnya berbicara tentang Allah tanpa illmu, berdusta, membicarakan kejelekan orang lain, mengadu domba dan lain sebagainya. Bagi yang terakhir ini seakan jadi hal umum yang dilakukan di majelis kaum wanita ( lihat pembahasan tentang lidah dan bahayanya).
  3. Meninggalkan amar ma'ruf & nahi mungkar serta dakwah di kalangan kaum wanita. Mungkin karena malu atau takut pada mereka.
  4. "dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan mereka taat pada allah dan rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh allah sesungguhnya allah maha perkasa lagi maha bijaksana.(QS At- Taubah : 71)

  5. Tidak menundukkan / memalingkan pandangan ketika melihat pria yang bukan mahramnya seolah-olah perintah untuk memalingkan pandangan hanya berlaku untuk pria saja, tidak untuk wanita. Firman Allah,
  6. "katakanlah kepada wanita yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya" (QS An-Nur: 31)

  7. Seorang wanita melihat wanita lain kemudian menceriterakannya dengan detail kepada salah seorang kerabatnya seolah-olah dia melihatnya secara langsung demikian detailnya, padahal tidak ada tujuan-tujuan sar'i yang dibolehkan agama seperti untuk nikah misalnya.
  8. "janganlah seorang wanita berkumpul dengan wanita lain kemudian menceriterakannya pada suaminya seolah-olah dia (suami) melihatnya langsung" (Mutafaqun alaih)

  9. Meniru penampilan pria, baik dalam hal pakaian , gerakan, cara berjalan atau gaya bicaranya. Rasulullah saw, bersabda

    "Allah melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan melaknat wanita yang memakai pakaian pria"

    beliau juga bersabda,

    "Allah melaknat orang-orang yang meniru pria dari kaum wanita"
    (HR. Abu Dawud)

Ada Apa Dibalik Pernikahan ?seperti apakah istri ideal dan pengertian iffah


Ada Apa Dibalik Pernikahan ?

Nikah. Untuk satu kata ini, banyak pandangan sekaligus komentar yang berkaitan dengannya. Bahkan sehari-hari pun, sedikit atau banyak, tentu pembicaraan kita akan bersinggungan dengan hal yang satu ini. Tak terlalu banyak beda, apakah di majelisnya para lelaki, pun di majelisnya wanita. Sedikit diantara komentar yang bisa kita dengar dari suara-suara di sekitar, diantaranya ada yang agak sinis, yang lain merasa keberatan, menyepelekan, atau cuek-cuek saja.

Mereka yang menyepelekan nikah, bilang "Apa tidak ada alternatif yang lain selain nikah ?", atau "Apa untungnya nikah?".

Bagi yang merasa berat pun berkomentar "Kalau sudah nikah, kita akan terikat alias tidak bebas", semakna dengan itu "Nikah ! Jelasnya bikin repot, apalagi kalau sudah punya anak".

Yang lumayan banyak 'penggemarnya' adalah yang mengatakan "Saya pingin meniti karier terlebih dahulu, nikah bagi saya itu gampang kok".

Terakhir, para orang tua pun turut memberi nasihat untuk anak-anaknya "Kamu nggak usah buru-buru menikah, cari duit dulu yang banyak".

Ironisnya bersamaan dengan banyak orang yang 'enggan' nikah, ternyata angka perzinaan atau 'kecelakaan" semakin meninggi ! Itu beberapa pandangan orang tentang pernikahan. Tentu saja tidak semua orang berpandangan seperti itu. Sebagai seorang muslim tentu kita akan berupaya menimbang segalanya sesuai dengan kaca mata islam. Apa yang dikatakan baik oleh syariat kita, pastinya baik bagi kita. Sebaliknya, bila islam bilang sesuatu itu jelek pasti jelek bagi kita. Karena pembuat syariat, yaitu Allah adalah yang menciptakan kita, yang tentu saja lebih tahu mana yang baik dan mana yang buruk bagi kita.

Persoalan yang mungkin muncul di tengah masyarakat kita sehingga timbul berbagai komentar seperti di atas, tak lepas dari kesalahpahaman atau ketidaktahuan seseorang tentang tujuan nikah itu sendiri.

Nikah di dalam pandangan islam, memiliki kedudukan yang begitu agung. Ia bahkan merupakan sunnah (ajaran) para nabi dan rasul, seperti firman Allah :

"dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan" (QS Ar-ra'd : 38)

Sedikit memberikan gambaran kepada kita, nikah di dalam ajaran islam memiliki beberapa tujuan yang mulia, diantaranya :

  • Nikah dimaksudkan untuk menjaga keturunan, mempertahankan kelangsungan generasi manusia. Tak hanya untuk memperbanyak generasi saja, namun tujuan dari adanya kelangsungan generasi tersebut adalah tetap tegaknya generasi yang akan membela syariat Allah, meninggikan dienul islam , memakmurkan alam dan memperbaiki bumi.
  • Memelihara kehormatan diri, menghindarkan diri dari hal-hal yang diharamkan, sekaligus menjaga kesucian diri.
  • Mewujudkan maksud pernikahan yang lain, seperti menciptakann ketenangan, ketenteraman. Kita bisa menyaksikan begitu harmoninya perpaduan antara kekuatan laki-laki dan kelembutan seorang wanita yang diikat dengan tali pernikahan, sungguh merupakan perpaduan yang begitu sempurna.

    Pernikahan pun menjadi sebab kayanya seseorang, dan terangkatnya kemiskinannya. Nikah juga mengangkat wanita dan pria dari cengkeraman fitnah kepada kehidupan yang hakiki dan suci (terjaga). Diperoleh pula kesempurnaan pemenuhan kebutuhan biologis dengan jalan yang disyariatkan oleh Allah. Sebuah pernikahan, mewujudkan kesempurnaan kedua belah pihak dengan kekhususannya. Tumbuh dari sebuah pernikahan adanya sebuah ikatan yang dibangun di atas perasaan cinta dan kasih sayang.

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir" (QS Ar Ruum : 21)

Itulah beberapa tujuan mulia yang dikehendaki oleh Islam. Tentu saja tak keluar dari tujuan utama kehidupan yaitu beribadah kepada Allah.

Istri Ideal

Kancah wanita adalah rumahnya. Dia bisa membuat rumahnya sebagai syurga dan tempat berteduh, atau merubahnya menjadi neraka yang membara.

Menerima kepemimpinan laki-laki dan ta'at
Istri yang ideal adalah istri yang menghormati kehidupan suami istri, bisa mengukur tingkah laku dan memiliki kesadaran utnuk menegakkan rumah tangga islami, tidak bodoh dan tidak terperdaya. Kebersamaanya dengan seorang laki-laki bukan karena dorongan hewani yang bisa berahir karena merasa bosan.

Hubungannya dengan suami tidak bisa diikat oleh kemaslahatan yang semu dan palsu. Suami adalah jalan yang bisa menghantarkan wanita ke surga, jika dia melaksanakan kewajibannya dengan jalan yang diridhoi Allah. Dari ummu salamah r.a., dia berkata,

"rasulullah saw. bersabda , siapapun wanita yang meninggal, sedang suaminya ridha kepadanya, maka dia masuk surga." (HR Ibnu Majah, At Tirmidzi dan Al Hakim)

Pahala karena jiwanya yang luhur dan perhatiaannya yang tinggi tidak hanya terbatas di dunia saja, tetapi terbawa hingga kesurga yang abadi. Dia mengabaikan segala kenikmatan semu yang dapat menghalanginya dari ridha Allah, yaitu menaati suami. Dia sadar bahwa ketaatannya adalah sarana utntuk menundukkannya dan sekali-kali tidak akan membuatnya marah, seperti apapun keadaanya. Dari abu hurairah r.a. dia berkata,

"rasulullah saw, bersabda, jika seorang laki-laki mengajak istrinya ketempat tidurnya, lalu dia tidak mau mendatanginya, lalu suami menjadi marah kepadanya, maka para malaikat melaknatnya hingga pagi hari" (HR Bukhory, Muslim, Abu Daud dan An Nasa'I)

Dalam menghadapi kehidupan suami istri, istri selalu siap mengemban beban rumah tangga dan tidak perlu lagi untuk diingatkan akan tugas yang mesti dilakukannya. Dia tahu peran dan misinya di tengah keluarga. Dia memandang konsisten, bagaimana tidak, sedang melakukan kewajiban dengan menaati suami, lebih kuat dari pada melaksanakan amal yang hukumnya sunnah. Sebagaimana hadist dari abu hurairah

"tidak dihalalkan bagi wanita untuk berpuasa, sedang suaminya ada disisinya kecuali dengan izinnya, dan dia tidak diizinkan memasukkan (laki-laki lain) kedalam rumahnya kecuali dengan izinnya, dan apa yang dia keluarkan dari suatu nafkah tanpa perintahnya, maka setengah pahalanya kembali kepada suaminya"
(HR Bukhory dan Muslim)

Didalam hadist ini terkandung pengertian bahwa hak suami adalah lebih kuat dari pada ibadah istri yang hukumnya sunnah. Sebab hak suami adalah wajib, sedangkan pelaksanan yang wajib harus didahulukan dari pada yang sunnah wajib dan hak istri adalah sunnah. Siapapun wanita yang tidak mentaati suaminya, maka dia akan menderita, maka istri harus mentaati suaminya dalam perkara-perkara yang mubah (diperbolehkan) dalam syari'at.


Iffah
Upaya Menjaga Kesucian Diri

Di penggalan masa ini, disaat kejahiliahan hampir merata di seluruh penjuru, upaya penjagaan diri dari berbagai bentuk kemaksiatan, kesiasian dan kerendahan terasa lebih butuh untuk ditekankan. Terlebih bagi seorang muslimah yang telah mulai tumbuh kesadaran mempelajari Al Islam dan komitmen mengamalkannya. Iffah adalah bahasa yang lebih akrab untuk menyatakan upaya penjagaan diri ini. Iffah sendiri memiliki makna usaha memelihara dan menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak halal, makruh dan tercela.

Ada beberapa hal yang bisa menumbuhkan iffah, yang sewajarnya diusahakan oleh seorang muslimah diantaranya:

Ketaqwaan Kepada Allah
Hal ini merupakan asas paling fundamental dalam mengusahakan iffah pada diri seseorang. Ketaqwaan adalah pengekang seseorang dari perbuatan-perbuatan tercela yang dilarang oeh dienul Islam. Taqwa akan menyebabkan seseorang selalu berhati dalam melakukan berbagai perbuatan, baik di kala sendirian maupun keramaian mengamalkan sabda Nabi sholallohu alaihi wasalam " Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada…" segala anggota tubuh akan selalu terjaga jangan sampai melanggar larangan Allah sehingga terjerumus dalam kemurkaan-Nya. Mulutnya terjaga dari pembicaraan yang bermuatan dosa, baik dosa kepada Allah, maupun dosa kepada manusia seperti ghibah, fitnah adu domba berdusta, mngumpat kepada taqdir, mencela zaman dan lain sebagainya. Tangannya pun terjaga dari hal yang dilarang seperti mengambil yang bukan haknya, memukul tanpa kebenaran, bersentuhan/ berjabat tangan dengan yang bukan mahram dan lainnya. Mata pun demikian tak kalah dengan anggota tubuh yang lain tak ingin terjerumus dalam mengumbar pandangan yang diharamkan, dan seluruh anggota tubuh yang lainnya selalu terjauh dari larangan Allah azza wa jalla. Sungguh ketika taqwa berdiam pada diri seseorang, maka muncullah pribadi yang penuh dengan hiasan yang tak tertandingi keindahannya. Mengalahkan keindahan mutiara, emas, perak, berlian dan hiasan dunia yang lainnya. Taqwa tak sebatas hanya di masjid, atau di tempat kajian saja, namun ia melekat dimanapun dan kapanpun. Di rumah, tempat belajar, sekolah dan di segala tempat…

Nikah

Nikah adalah salah satu jalan lempang untuk menjaga kesucian diri. Bahkan sarana yang terutama untuk menumbuhkan sifat iffah. Dengannya terjaga pandangan mata dan kehormatan diri seorang muslimah. Yang memang godaan kepadanya sangat besar dan berat . maka nikah adalah solusi yang paling tepat. Ia adalah fitrah kemanusiaan yang di dalamnya terkandung rasa cinta dan kasih sayang serta kedamaian, yang tak di dapatkan dengan jalan-jalan yang lain. Ini sebagaimana firman Allah :

"dan diantara tanda kekuasaanNya adalah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa cinta dan kasih sayang " ( QS Ar Rum : 21 )

Rasa Malu
Ia adalah sifat yang agung dan terpuji. Dengan rasa malu, seorang akan terhindar dari berbagai perbuatan yang keji, tidak pantas, mengandung dosa dan kemaksiatan. Ia menjadi bertambah indah ketika melekat pada diri seorang muslimah. Dengan malu seorang muslimah akan selalu nampak dalam fitrah kewanitaannya, tak mau mengumbar aurat tubuhnya, tak mau mengeraskan suara yang tak diperlukan di tengah kumpulan manusia, tak tertawa dengan selepas-lepasnya dan yang lain sebagainya. Orang yang awam sekali pun bila disuruh untuk memberikan penilaian terhadap dua orang , yang seorang adalah wanita yang menjaga rasa malunya. Seorang lagi tak pedulian tak punya rasa malu terhadap orang, bicara seenaknya duduk seenaknya, segalanya seenaknya tentu orang akan memberikan penilaian tinggi pada wanita yang pertama daripada wanita yang kedua. Rasa malu ini benar-benar akan menjadi penjaga yang baik bagi seorang muslimah. Ia akan menyedikitkan beraktivitas keluar rumah yang tanpa faedah, ia akan menjaga diri ketika berbicara dengan orang terlebih laki-laki yang bukan mahram. Tentu hal ini akan lebih menjaga kehormatannya.

al-madina.s5.com,
Arsip Blog BULETIN THOLABUL ILMI